Puisi: Mengapa Aku Terdiam (Karya Harris Effendi Thahar)

Puisi "Mengapa Aku Terdiam" karya Harris Effendi Thahar menggambarkan kompleksitas emosi manusia ketika berhadapan dengan kebohongan dan penyesalan.

Mengapa Aku Terdiam


Setelah kupasang puluhan dusta
engkau tersenyum percaya
aku terbeliak sengsara
Lalu mengapa aku terdiam

Padang, Februari 1973

Sumber: Horison (Januari, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Mengapa Aku Terdiam" karya Harris Effendi Thahar adalah sebuah karya singkat namun sarat makna yang menggambarkan kompleksitas emosi manusia ketika berhadapan dengan kebohongan dan penyesalan. Dalam hanya empat baris, penyair berhasil mengungkapkan konflik batin yang mendalam dan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari satu bait dengan empat baris. Struktur yang sederhana ini menekankan intensitas emosi dan perenungan yang mendalam. Gaya bahasa yang digunakan langsung dan lugas, namun penuh dengan makna tersembunyi.
  1. Penggunaan Kata yang Padat: Meskipun singkat, setiap kata dalam puisi ini memiliki beban makna yang besar. Misalnya, kata "dusta" segera menggambarkan kebohongan, dan "terbeliak sengsara" menggambarkan keterkejutan dan penderitaan yang mendalam.
  2. Pertanyaan Retoris: Baris terakhir berupa pertanyaan retoris "Lalu mengapa aku terdiam" menekankan perenungan dan penyesalan yang dirasakan oleh penyair.

Tema dan Makna

Puisi ini mengeksplorasi beberapa tema utama, yaitu kebohongan, penyesalan, dan kebingungan.
  • Kebohongan: Tema kebohongan terlihat jelas dalam baris pertama "Setelah kupasang puluhan dusta". Ini menunjukkan bahwa penyair telah melakukan kebohongan yang berulang-ulang.
  • Penyesalan: Penyesalan muncul setelah penyair melihat bahwa kebohongan-kebohongannya diterima dengan senyum percaya oleh orang lain, yang membuatnya merasa sengsara.
  • Kebingungan dan Refleksi Diri: Pertanyaan di akhir puisi menunjukkan kebingungan dan refleksi diri penyair, yang tidak mengerti mengapa dia tidak bisa bereaksi atau berbicara setelah menyadari dampak kebohongannya.

Simbolisme dan Imaji

  • Puluhan Dusta: Simbol ini menunjukkan bahwa kebohongan bukan hanya satu kali tetapi berulang-ulang, menciptakan gambaran betapa dalamnya kebohongan tersebut.
  • Senyum Percaya: Ini menciptakan imaji kontras antara kepolosan dan kepercayaan orang lain dengan kebohongan yang dilakukan oleh penyair, memperkuat rasa penyesalan.
  • Terbeliak Sengsara: Frasa ini menggambarkan keterkejutan dan penderitaan yang mendalam, menciptakan imaji yang kuat tentang perasaan penyair setelah menyadari dampak tindakannya.

Pesan Moral

Puisi ini menyampaikan pesan moral yang kuat tentang dampak kebohongan dan pentingnya kejujuran. Penyair mengingatkan bahwa meskipun kebohongan mungkin tidak terlihat pada awalnya, akhirnya akan membawa penderitaan dan penyesalan. Puisi ini juga menunjukkan pentingnya refleksi diri dan menghadapi konsekuensi dari tindakan kita.

Puisi "Mengapa Aku Terdiam" adalah puisi singkat namun penuh dengan emosi dan makna yang mendalam. Melalui penggunaan bahasa yang padat dan simbolisme yang kuat, Harris Effendi Thahar berhasil menyampaikan pesan tentang dampak kebohongan dan pentingnya kejujuran. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang tindakan mereka sendiri dan menghadapi penyesalan dengan keberanian. Dalam kesederhanaannya, puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang moralitas dan integritas pribadi.

Harris Effendi Thahar
Puisi: Mengapa Aku Terdiam
Karya: Harris Effendi Thahar

Biodata Harris Effendi Thahar:
  • Harris Effendi Thahar lahir pada tanggal 4 Januari 1950 di Tambilahan, Riau.
© Sepenuhnya. All rights reserved.