Elegi
ternyata belum sepenuhnya — daku
pasrah sumarah: masih juga
kebimbangan menjadi pedang
bermata dua, terhunus tajam
di tubir jurang!
1992
Sumber: Sangkakala (1996)
Analisis Puisi:
Puisi "Elegi" karya Rita Oetoro adalah sebuah karya sastra yang memaparkan perasaan penulis terhadap kehidupan, dilema batin, dan kebimbangan yang melanda dirinya. Dengan penggunaan bahasa yang khas, puisi ini memunculkan atmosfer yang sarat dengan emosi dan makna filosofis.
Gaya Bahasa dan Struktur Puisi: Puisi "Elegi" menonjolkan gaya bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna mendalam. Dalam struktur puisi yang singkat, Rita Oetoro berhasil merangkai kata-kata dengan indah, menciptakan ritme yang mengalir dan memberikan kesan mendalam pada pembaca.
Penggunaan Kata-kata Bermakna: Baris pertama, "ternyata belum sepenuhnya — daku," menggambarkan suatu pemahaman bahwa keberadaan penulis atau subjek puisi ini masih belum meraih kesempurnaan atau keutuhan. Kata "sepenuhnya" menunjukkan adanya kekosongan atau ketidaklengkapannya.
Pasrah dan Sumarah sebagai Tema Sentral: Kata-kata "pasrah" dan "sumarah" mencerminkan tema sentral dalam puisi ini. Pasrah menggambarkan sikap tunduk dan menerima keadaan dengan ikhlas, sementara sumarah menyiratkan pengabdian dan penyerahan diri. Penyair tampaknya berada dalam kondisi pasrah dan sumarah terhadap takdir atau peristiwa yang menghampirinya.
Kebimbangan sebagai Pedang Bermata Dua: Penggunaan metafora "kebimbangan menjadi pedang bermata dua" menyiratkan konflik batin yang kompleks. Kebimbangan dianggap sebagai senjata yang dapat melukai, dan keberadaannya yang "terhunus tajam di tubir jurang" memberikan gambaran dramatis akan tekanan dan ancaman yang dihadapi oleh subjek puisi.
Imajinasi Tubir Jurang sebagai Metafora Kehidupan: Kata-kata "tubir jurang" menggambarkan kehidupan sebagai suatu jurang yang penuh dengan ketidakpastian dan risiko. Metafora ini memberikan dimensi filosofis pada puisi, merangsang pembaca untuk merenung tentang kompleksitas kehidupan dan perjalanan batin seseorang.
Atmosfer Duka dan Elegi: Puisi ini menciptakan atmosfer duka dengan kata-kata seperti "Elegi" yang menyoroti kesedihan atau kehilangan. Meskipun singkat, puisi ini berhasil mengekspresikan rasa kehilangan atau kepasrahan dalam bentuk elegi, sebuah bentuk puisi yang melibatkan ungkapan kesedihan atas kematian atau kehilangan.
Interpretasi Pembaca dan Keterlibatan Emosional: Puisi "Elegi" membuka ruang bagi berbagai interpretasi pembaca. Setiap pembaca dapat merasakan dan mengartikan puisi ini secara personal, tergantung pada pengalaman dan perspektif masing-masing. Keterlibatan emosional pembaca sangat dihargai dalam menangkap esensi puisi ini.
Dengan kata-kata yang sederhana namun sarat dengan makna, Rita Oetoro berhasil menciptakan puisi "Elegi" yang menggugah perasaan dan merangsang pemikiran. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang keberadaan, pasrah pada takdir, dan kebimbangan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Elegi ini menghadirkan keindahan dalam kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam pasrah pada segala ketidaksempurnaan hidup.
Karya: Rita Oetoro
Biodata Rita Oetoro:
- Rita Oetoro (Rita Cascia Saraswati atau Rita Oey) lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada tanggal 6 Desember 1943.