Puisi: Bukit Cina (Karya Harris Effendi Thahar)

Puisi "Bukit Cina" karya Harris Effendi Thahar menggambarkan perenungan mendalam tentang keberadaan manusia dalam hubungannya dengan alam dan ...

Bukit Cina

Tempo hari aku ke sini dan tamu-tamu-Mu
Melirik ke pantai padang tak seberapa jauh
aku menoleh berkali-kali
hari pun penuh kasih
pada ke Maha Lapang Dada Tuhan

Aku tinggal sendiri menyapu peluh
engkau sudi menerimaku begini

Ya di puncak bukit cina ini angin meniup duka
jauh-jauh ke ujung laut
tamu-tamu-Mu tak ada yang tahu.

Padang, Oktober 1972

Sumber: Horison (Januari, 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Bukit Cina" karya Harris Effendi Thahar adalah sebuah karya yang menggambarkan perenungan mendalam tentang keberadaan manusia dalam hubungannya dengan alam dan spiritualitas. Dengan bahasa yang puitis dan imaji yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk memasuki pengalaman introspektif tentang kehadiran manusia di dunia ini.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur yang sederhana namun padat makna. Harris Effendi Thahar menggunakan bahasa yang indah dan imaji yang kaya untuk menggambarkan pengalamannya di Bukit Cina.
  • Bahasa Puitis: Penggunaan bahasa yang puitis membantu menciptakan nuansa introspektif dan spiritual dalam puisi ini. Misalnya, "hari pun penuh kasih pada ke Maha Lapang Dada Tuhan" menggambarkan rasa syukur dan kebersamaan dengan alam semesta.
  • Imaji Kuat: Imaji seperti "angin meniup duka / jauh-jauh ke ujung laut" menciptakan gambaran tentang kesedihan yang meluas dan perasaan yang dalam di dalam puisi ini.

Tema dan Makna

Puisi ini menggali beberapa tema utama, termasuk spiritualitas, kehadiran manusia di alam semesta, dan rasa tak terlihat.
  • Spiritualitas: Tema spiritual muncul dari penghormatan terhadap alam dan pencarian makna yang lebih dalam melalui pengalaman di Bukit Cina. Penyair merenungkan hubungan antara keberadaan manusia dan penciptaannya.
  • Keberadaan Manusia di Alam: Puisi ini menyampaikan perasaan kecilnya manusia dalam skala alam semesta yang luas, dengan gambaran bukit dan laut yang melambangkan ketenangan dan kerumitan hidup.
  • Rasa Tak Terlihat: Ada rasa tak terlihat dalam puisi ini, seperti tamu-tamu Tuhan yang tidak diketahui keberadaannya oleh orang lain di sekitar.

Simbolisme dan Imaji

  • Bukit Cina: Bukit Cina dalam puisi ini mungkin melambangkan tempat spiritual atau tempat yang memiliki nilai historis atau keagamaan yang dalam. Penggunaan bukit sebagai simbol tempat spiritual atau refleksi menggambarkan pencarian makna dan kedalaman spiritual.
  • Angin: Angin yang meniup duka ke ujung laut menggambarkan perasaan kesedihan atau keberatan yang dihadapi penyair, serta bagaimana perasaan itu tersebar luas di dalam diri dan lingkungan.

Pesan Moral

Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya introspeksi dan refleksi spiritual dalam menjalani kehidupan. Penyair mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam semesta dan penciptaannya, serta bagaimana manusia kecil di hadapan kebesaran alam.

Puisi "Bukit Cina" adalah puisi yang mengundang pembaca untuk merenung tentang keberadaan manusia di dunia ini melalui pengalaman puitis penyair di Bukit Cina. Harris Effendi Thahar berhasil menggambarkan perasaan spiritual dan rasa tak terlihat melalui bahasa yang indah dan imaji yang kuat. Puisi ini mengajak pembaca untuk mengeksplorasi makna kehidupan, kehadiran manusia di alam semesta, dan hubungan spiritual dengan yang Maha Kuasa.

Harris Effendi Thahar
Puisi: Bukit Cina
Karya: Harris Effendi Thahar

Biodata Harris Effendi Thahar:
  • Harris Effendi Thahar lahir pada tanggal 4 Januari 1950 di Tambilahan, Riau.
© Sepenuhnya. All rights reserved.