Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Adegan dalam Hujan (Karya Sutarno Priyomarsono)

Puisi "Adegan dalam Hujan" karya Sutarno Priyomarsono menggambarkan kecemasan dan penantian dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sangat ...

Adegan dalam Hujan


gemuruh pun belum berhenti dan hujan makin membuat
lubang-lubang yang dangkal
anakku belum pulang! ia tadi belajar ngaji
sementara anak itu tercenung memandang air
dan ibu itu tercenung memandang beras
di panci

Solo, 1996

Sumber: Jentera Terkasa (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Adegan dalam Hujan" karya Sutarno Priyomarsono menyuguhkan gambaran kehidupan sehari-hari dengan sentuhan keheningan yang mendalam. Dalam puisi ini, penyair menggunakan hujan sebagai metafora untuk menggambarkan keadaan batin yang penuh kekhawatiran dan harapan, serta bagaimana kehidupan sederhana yang tampak biasa bisa menyimpan perasaan yang kompleks dan penuh makna.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kekhawatiran dan penantian. Puisi ini mengangkat kehidupan sehari-hari yang penuh dengan ketegangan kecil namun bermakna, yang tercermin melalui adegan hujan dan kegelisahan yang muncul akibat ketidakhadiran seseorang yang dinantikan. Penyair menggambarkan momen ketidakpastian yang dirasakan oleh karakter dalam puisi, seperti ibu yang menunggu anaknya dan anak yang terdiam memandang air hujan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini berhubungan dengan ketegangan batin yang muncul dalam momen-momen biasa, seperti menunggu seseorang pulang. Hujan yang digambarkan dengan "gemuruh" dan "lubang-lubang yang dangkal" memberikan kesan bahwa ada perasaan kecemasan dan ketidakpastian yang melingkupi karakter-karakter dalam puisi. Selain itu, dengan menyebutkan bahwa anak tersebut sedang "belajar ngaji," penyair menyiratkan adanya dimensi spiritual atau religius dalam kehidupan sehari-hari, di mana penantian tersebut mungkin juga memiliki makna religius atau moral.

Puisi ini bercerita tentang adegan sehari-hari yang penuh dengan kecemasan dan harapan. Adegan yang digambarkan berfokus pada seorang ibu yang khawatir menunggu kepulangan anaknya yang sedang belajar ngaji, sementara anak tersebut hanya memandang air hujan, dan sang ibu menatap beras di panci. Meskipun tampak sederhana, adegan ini membawa pesan tentang kerentanan dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana waktu yang berlalu dapat membawa perasaan yang mendalam.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terkesan cemas dan melankolis. Hujan yang terus mengguntur menciptakan suasana yang penuh ketegangan dan kekhawatiran. Penggambaran ibu yang terfokus pada beras di panci, serta anak yang terdiam memandangi air hujan, memberikan nuansa kesendirian dan ketidakpastian. Momen tersebut mencerminkan keheningan dan kecemasan dalam kehidupan yang mungkin sering terabaikan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya menghargai waktu dan orang-orang yang kita cintai, serta bagaimana kita sering kali terjebak dalam kesibukan atau kecemasan yang tampaknya kecil namun memiliki dampak besar pada kehidupan kita. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk lebih sadar akan hal-hal sederhana yang sering kali luput dari perhatian, seperti menunggu seseorang yang kita cintai dan menemukan makna dalam setiap momen itu.

Imaji

Puisi ini mengandung imaji yang cukup kuat, terutama dalam menggambarkan hujan yang terus mengguntur dan lubang-lubang yang dangkal. Imaji ini memberikan gambaran tentang ketidakpastian dan perasaan kosong yang mungkin dialami oleh karakter-karakter dalam puisi. Selain itu, "anak itu tercenung memandang air" dan "ibu itu tercenung memandang beras di panci" menciptakan gambaran visual yang mengundang pembaca untuk merasakan ketegangan batin yang dirasakan oleh kedua tokoh tersebut.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas untuk memberikan kedalaman pada pesan yang disampaikan:
  • Metafora: Hujan yang mengguntur dan lubang-lubang yang dangkal digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan perasaan cemas dan kekosongan yang dirasakan oleh karakter-karakter dalam puisi.
  • Simile: Perasaan cemas dan menunggu juga digambarkan melalui gambaran anak yang "tercenung memandang air," yang memberikan kesan tentang ketidakpastian dan perenungan yang mendalam.
Puisi "Adegan dalam Hujan" karya Sutarno Priyomarsono adalah karya yang menggambarkan kecemasan dan penantian dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sangat puitis dan reflektif. Melalui tema penantian dan kecemasan, serta makna tersirat yang penuh dengan ketidakpastian dan kesendirian, puisi ini mengajak pembaca untuk lebih menyadari hal-hal sederhana dalam hidup yang sering terlewatkan namun penuh makna. Dengan menggunakan imaji yang kuat dan majas yang efektif, penyair berhasil menciptakan suasana yang penuh dengan perasaan melankolis dan refleksi mendalam.

Sutarno Priyomarsono
Puisi: Adegan dalam Hujan
Karya: Sutarno Priyomarsono

Biodata Sutarno Priyomarsono:
  • Sutarno Priyomarsono lahir pada tanggal 7 Oktober 1943 di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.