Mahasiswa Rawan Hidup Hedonis, Kok Bisa?

Gaya hidup hedonis tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya populer yang mana menyertai dinamika remaja khususnya mahasiswa. Terus kok bisa sih ...

Di zaman yang serba digital ini kita dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi dari berbagai belahan bumi di dunia. Dengan adanya hal ini kita dapat mengetahui berbagai hal-hal yang sedang populer dengan sangat cepat, mulai dari fashion, food, lifestyle, dan lain-lain.

Didukung dengan berdirinya berbagai e-commerce serta cafe-cafe yang kian beragam semakin membuat masyarakat kita banyak yang mengikuti trend-trend populer tersebut.

Gaya Hidup Hedonisme

Hal ini membuat masyarakat terutama anak muda semakin dihadapkan dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini yang mendukung sifat hedonisme. Sebelum melangkah lebih jauh, apa sih sebenarnya hedonisme itu?

Hedonisme sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hedonisme merupakan suatu paham yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup.

Kaum hedonis biasanya percaya bahwa hidup ini hanya satu kali dan harus dinikmati dengan senikmat-nikmatnya dan sebebas-bebasnya.

Gaya hidup hedonis ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya populer yang mana menyertai dinamika remaja khususnya mahasiswa. Hedonisme adalah suatu paham sedangkan hedonis merupakan sifat dari pribadi atau 5 orang yang menganut paham hedonisme.

Mahasiswa Rawan Hidup Hedonis, Kok Bisa?

Terus kok bisa sih mahasiswa dikatakan rawan hidup hedonis? Faktanya hal ini didukung oleh penelitian dari Trimartati yang menyatakan bahwa setiap orang berpotensi untuk bergaya hidup hedonis, terutama mahasiswa yang lingkup pergaulannya lebih luas serta persaingan antar individu untuk mendapatkan status sosial lebih ketat.

Salah satu yang memengaruhinya adalah keinginan individu untuk dipandang lebih modis dan tidak ketinggalan zaman.

Menurut General Manager Mall and Retail Hartono Mall Yogyakarta sendiri, dari total sebanyak 45.000 orang yang mengunjungi pusat perbelanjaan, 70% di antaranya merupakan kelas menengah atas, lebih dari 30% di antaranya merupakan mahasiswa asal Jakarta.

Sedangkan menurut survei yang telah dilakukan oleh Deteksi Jawa Pos pada tahun 2003 menemukan bahwa 20,9% dari 1.074 responden dengan status sebagai pelajar yang berdomisili di Jakarta dan Surabaya mengaku pernah menggunakan uang SPP yang diberikan oleh orang tua untuk membeli barang incarannya ataupun hanya untuk bersenang-senang.

Wah parah banget bukan? Jangan-jangan salah satu readers mungkin pernah melakukan hal ini juga.

Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa

Biasanya mereka para mahasiswa menyukai menongkrong, menonton film atau konser, serta berbelanja barang-barang bermerk terutama yang berasal dari luar negeri. Apalagi kaum perempuan yang relatif emosional saat membeli barang dibanding laki-laki yang lebih rasional saat membeli suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.

Akibatnya pada mahasiswa jika hal ini tetap dilakukan secara berlebihan membuat mereka menjadi tidak memiliki orientasi yang jelas, tidak kritis dalam menghadapi suatu hal serta tidak mempunyai kepedulian sosial.

Padahal mahasiswa sebagai agent of change harusnya memberi perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat sekitarnya.

Oleh karena itu hendaknya mahasiswa maupun setiap orang memiliki kontrol diri dalam hal bersenang-senang agar tidak terjerumus dalam gaya hidup hedonis yang memberatkan mental maupun finansial.

Sumber:

  1. Nur Dewi, Gaya Hidup Hedonis pada Mahasiswa, 2018
  2. Geordi Gnacio, detikFinance, Gaya Hidup Hedonisme, 2021
Biodata Penulis:
Shea Ayu Kirana lahir dan menetap di Surakarta. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 di Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.