Gelar, pangkat, dan jenis pekerjaan adalah patokan yang diberikan orang tua kepada anak di masa kini, bukan tanpa sebab orang tua mematok hal itu karena mereka ingin yang terbaik untuk anak-anaknya dan agar kelak menjadi orang yang sukses di masa depan.
"Kamu nanti harus jadi dokter" atau "Pokoknya nanti kamu harus kuliah jurusan hukum" adalah kalimat yang sering diberikan orang tua kepada sang anak. Terlihat biasa saja, namun pada kenyataannya, kalimat tersebut bisa menjadi doktrin untuk anak sehingga ia berpikir kalau menjadi seorang yang sukses harus jadi seorang dokter.
Hal ini tentunya akan menjadi toxic bagi sang anak. Akibatnya ia tidak akan berkembang dengan baik dan selama ia menjalani hidup dengan doktrin itu pun ia akan selalu dibarengi dengan rasa khawatir, tertekan dan juga stress.
Lebih parahnya lagi ketika ia tidak dapat menjadi yang seperti orang tua katakan maka sang anak pasti akan mengalami depresi berat atau mungkin saja muncul pikiran untuk bunuh diri.
Jadi yang orang tua anggap yang terbaik untuk anaknya belum tentu menjadi yang terbaik. Rasa khawatir akan masa depan anak adalah hal wajar, itu tidak salah namun pengimplementasian kekhawatiran orang tua ke anak itulah yang kurang tepat dan di sinilah orang tua harus lebih memperhatikan tentang bagaimana parenting yang baik.
Tidak masalah ketika anak kita tidak menjadi seorang dokter, polisi, tentara, atau ahli hukum, karena orang sukses bukan hanya dari itu. Tugas orang tua hanya mengawasi dan memastikan sang anak dapat hidup bahagia sesuai keinginannya, bukan keinginan orang tua, dan bahagia bukanlah sekedar tentang berat dalam timbangan ataupun tinggi dalam parameter, tetapi bahagia ialah kondisi dimana seseorang dapat menikmati jalan hidupnya dengan apa yang dimilikinya saat itu juga.
Lantas langkah apa yang sebaiknya diambil oleh orang tua? Yang paling utama ialah membiarkan anaknya untuk mengeksplor dirinya serta lingkungan agar sang anak dapat memiliki wawasan yang luas, wawasan yang luas akan membuat sang anak menjadi pribadi yang mandiri serta memiliki kontrol diri yang bagus.
Hal tersebut membuat anak dapat berpikir secara matang dalam memilih masa depannya sesuai dengan kemampuan diri dan perkembangan zaman.
Selanjutnya fasilitasi kebutuhan-kebutuhan anak yang dapat meningkatkan softskill maupun hardskill-nya, berikan apresiasi sekecil apapun pada setiap pencapaian sang anak serta berikan dukungan semangat pada si anak pada setiap kegagalan yang terjadi pada anak dan jangan sesekali mematahkan semangat sang anak dalam setiap usahanya, di sini orang tua harus benar-benar memperhatikan setiap kata yang akan diucapkan.
Terakhir yang harus diingat orang tua jangan terlalu banyak mengatur anak, orang tua di sini memposisikan dirinya sebagai pengamat dan penasihat saja, namun jangan sampai anda kehilangan peran menjadi orang tua. Hal ini dapat diatasi dengan cara orang tua selalu mengajak ngobrol anaknya.
Tidak usah pembahasan yang berat, cukup tanyakan saja apa yang terjadi hari ini, bagaimana sekolahnya tadi ataupun ada hal menarik apa hari ini.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membuat hubungan orang tua dan anak menjadi lebih dekat dan harmonis serta akan membuat anak lebih terbuka kepada orang tuanya dan itu akan membuat kita sebagai orang tua tidak perlu khawatir akan sang anak, karena sang anak pasti menceritakan perkembangannya ke orang tua.
Penulis: Ruswandy