Gerak Motorik dan Faktornya

Usia mempengaruhi individu untuk melakukan suatu aktivitas. Karena dengan pertambahan usia, berarti menunjukkan tercapai kematangan ...

Gerakan motorik terdiri dari gerakan motorik halus maupun motorik kasar, keduanya sebagai modal bagi kegiatan bayi di masa yang akan datang.

Perkembangan motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan kesempatan berlatih, dan faktor eksternal yang meliputi: pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua, sikap orang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan, petugas kesehatan, dan pola asuh.

Gerak Motorik dan Faktornya

Di samping itu terdapat faktor-faktor (syarat-syarat) yang mempengaruhi perkembangan motorik anak, persyaratan yang mempengaruhi perkembangan motorik adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan Usia

Usia mempengaruhi individu untuk melakukan suatu aktivitas. Karena dengan pertambahan usia, berarti menunjukkan tercapai kematangan organ-organ fisik. Kemudian ditopang pula oleh berfungsinya sistem syaraf pusat yang mengkoordinasikan organ-organ tubuh, sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas motorik kasar dan motorik halus.

2. Tercapainya Kematangan Organ-Organ Fisiologis

Kematangan organ fisik ditandai dengan tercapainya jaringan otot yang makin komplek, kuat dan bekerja secara teratur.

Pada masa pertumbuhan bayi maupun anak, kematangan fisiologis ini dipengaruhi oleh faktor usia, nutrisi dan kesehatan individu. Makin tinggi usia seseorang, makin matang organ-organ fisiologisnya.

Namun kematangan ini, tak lepas dari faktor nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya. Nutrisi yang baik yaitu makan-makanan yang mengandung gizi, vitamin, protein akan menjamin kesehatan seseorang.

Bayi maupun anak yang memiliki kondisi sehat cenderung memiliki kematangan fisiologisnya, dibandingkan dengan bayi atau anak yang sering terkena penyakit.

3. Kontrol Kepala

Pada usia 1-5 bulan, bayi masih sering tertidur dengan posisi kepala terbaring di atas tempat tidur. Ia belum mampu untuk tengkurap, karena kontrol untuk mengangkat kepala belum dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terjadi karena otot-otot bagian leher belum berkembang dengan baik, sehingga belum mampu untuk menopang kepalanya.

Sejalan dengan perkembangan usianya, bayi akan mampu untuk tengkurap dan menopang kepalanya. Awal mulanya, bayi belajar untuk memindahkan posisi dari posisi terlentang menjadi posisi tengkurap.

Keberhasilan untuk mencapai posisi tengkurap ini, akan diikuti dengan kemampuan untuk mengangkat dan menopang kepalanya. Kemampuan mengontrol kepala (head control skill) merupakan dasar untuk perkembangan gerakan-gerakan kepala yang bermanfaat bagi seorang anak yang akan melakukan aktivitas olahraga, misalnya gerakan memutar atau menggeleng kepala.

4. Kontrol Tangan

Sejak lahir bayi akan menggenggam benda-benda yang datang dan menyentuh telapak tangannya. Awal mulanya bayi tidak mampu untuk memegang dan menggenggam suatu benda dengan baik, tetapi dengan pengaruh perkembangan usia dan kematangan otot-otot, maka bayi akan mampu dengan sendirinya untuk melakukan tugas menggenggam/mengepal suatu benda secara kuat.

Refleks ini merupakan dasar timbulnya gerakan-gerakan motorik halus, seperti: menggengam, menulis, menggambar atau menggunting.

Kemampuan melakukan koordinasi otot-otot tangan yang bermanfaat untuk keterampilan tangan dinamakan kemampuan control tangan (hand control ability).

5. Kontrol Kaki

Kemampuan mengontrol kaki (legs control) diatur oleh sistem syaraf pusat. Namun pada diri seorang bayi, kaki bergerak karena ada suatu benda yang mungkin menyentuhnya atau digerakkan oleh ibunya.

Hal ini bukan berarti si bayi cenderung pasif dan hanya bergerak, kalau ada rangsangan dari luar dirinya. Bayi dapat menggerakkan kaki sendiri sebagai respons atau refleks rasa senang atas kehadiran orang yang memiliki kedekatan emosional.

Jadi kakinya memang belum cukup kuat untuk berjalan. Sebagaimana halnya, kaki merupakan organ penting untuk melakukan kegiatan motorik kasar (berjalan, melompat, berlari), namun untuk dapat melakukannya perlu persiapan dan kematangan fisik.

Tentu hal ini sesuai dengan perkembangan usianya. Makin tinggi usianya, misalnya usia 1,5-2,0 tahun, maka bayi (anak) akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan seperti: merangkak, berjalan, berlari dan sebagainya. Dengan kemampuan ini, control kaki berfungsi secara sempurna.

6. Lokomosi

Lokomosi (locomotion) ialah kemampuan untuk bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan bertambahnya usia dan tercapainya kematangan organ-organ fisik, serta berfungsinya sistem syaraf pusat. Dengan demikian kemampuan bergerak/berpindah sangat dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat fisiologis.

Secara implisit, kemampuan lokomosi sudah ada bersamaan dengan timbulnya gerakan-gerakan refleks, seperti: refleks penempatan (placing refleks), berjalan, berenang. Namun kemampuan refleks itu cenderung tidak terkontrol oleh sistem syaraf, sehingga dapat dikatakan bahwa refleks merupakan sebagai tanda perkembangan awal dari lokomosi (pre-locomotion).

Hal ini kemudian berkembang secara bertahap, sampai benar-benar tercapai kemampuan lokomosi. Di antara tahapan itu, misalnya: sejak bayi mampu mencapai posisi tengkurap, maka muncullah perilaku-perilaku sebagai tanda-tanda perkembangan kemampuan lokomosi yang makin baik dan sempurna.

Dari posisi tengkurap, berarti bayi akan atau sudah mampu untuk mengangkat kepala (kontrol kepala), meningkat menjadi kemampuan untuk mengangkat badan, merangkak, belajar berjalan, berjalan, berlari dan melompat.

Penulis: Durotus Sa'adah

© Sepenuhnya. All rights reserved.