Puisi: Ampun, Jiwaku! (Karya Kahlil Gibran)

Puisi "Ampun, Jiwaku!" karya Kahlil Gibran mengeksplorasi hubungan antara jiwa dan fisik, cinta dan penderitaan, serta pencarian makna dalam ....

Ampun, Jiwaku!

Mengapa menangis, Jiwaku?
Kaudapatikah kelemahanku?
Air matamu pedih melukai hati,
Sebab kesalahan tidak kusadari.
Sampai kapan engkau meratapi diri?
Selain kata-kata tiada yang kumiliki,
'Tuk mengartikan isyarat mimpi-mimpi,
Hasrat keinginanmu, atau petunjukmu.

Pandangi aku, Jiwaku;
Seluruh hidupku tercurah ajaranmu
Betapa pahit deritaku
Mengikuti liku-liku langkahmu.

Hatiku semula megah bersemayam di singgasana.
Tetapi kini meringkuk sebagai hamba sahaya;
Kesadaranku pernah menjadi sahabat setia,
Sekarang berbalik memusuhi beta;
Keremajaanku dahulu harapanku
Tetapi sekarang mengecam kekuranganku.

Mengapa, Jiwaku, begitu banyak tuntutanmu?
Dan kusingkiri kesenangan duniawi,
Dalam mengikuti petunjuk arah.
Yang kaumestikan keturuti.
Cobalah adil padaku, atau panggil Maut,
'Tuk membebaskanku.
Sebab Keadilan itu mahkotamu.

Ampun, Jiwaku, ampuni aku!
Telah kauliputi aku dengan Cinta-kasihmu
Hingga tak kuat lagi aku mendukungnya
Kau dan Cinta-kasih tak terpisahkan dalam daya,
Hati dan diriku tak terpisahkan dalam kelemahan
Kapan berakhirnya pergulatan
Antara kekuatan dan kelemahan?

Ampun, Jiwaku, Ampuniku!
T'lah kautunjukkan Kebahagiaan yang berada
Di luar jarak jangkauanku, Kau dan Bahagia
Tinggal di puncak gunung yang menjulang;
Sedangkan sengsara dan diriku tergeletak bersama di dasar jurang.

Kapankah bertemu puncak gunung
Dengan dasar lembah dalam?

Ampuni aku Jiwaku, ampun.
T'lah kauperlihatkan padaku Keindahan, tetapi segera kausembunyikan kembali. Kau dan Keindahan hidup dalam cahaya; Kebodohan dan aku terbelenggu bersama dalam kegelapan nyata.
Kapankah tertembus kegelapan
Oleh cemerlang cahaya?

Kegemilanganmu akan tiba bersama Akhirat nanti,
Dan kini kau mengungkapkannya sebagai pendahuluan; tetapi raga ini menderita bersama kehidupan,
Selama berada dalam ruang kehidupan
Inilah, Jiwaku, yang tidak kufahami.

Engkau bergegas terbang menuju alam Keabadian,
Tetapi raga ini hanya merangkak perlahan-lahan;
Ke arah kehancuran. Engkau tidak dapat menunggu
Sedangkan raga tidak dapat dipacu!
Inilah Jiwaku, tanggungan batinku.

Engkau begitu kaya dalam ilmu dan kebijakan
Tetapi raga ini lamban meraih pemahaman.
Engkau tidak menanggung kompromi,
Sedangkan raga tidak mau mengerti,
Inilah, Jiwaku, derita batinku.

Di kesunyian malam engkau mengunjungi
Sang Kekasih, dan menikmati.
Puncak-puncak kebahagiaan kebersamaan,
Sedangkan raga ini tertinggal belaka.
Terpanggang benturan dera antara harapan dan perpisahan
Inilah, Jiwaku, ujung siksaan batinku;
Ampuni aku, jiwaku, ampun!

Analisis Puisi:

Puisi "Ampun, Jiwaku!" karya Kahlil Gibran adalah sebuah karya yang mendalam yang mengeksplorasi hubungan antara jiwa dan fisik, cinta dan penderitaan, serta pencarian makna dalam kehidupan manusia. Puisi ini menghadirkan konflik internal dan perenungan yang dalam, yang digambarkan dalam gaya yang puitis dan filosofis.

Konflik Jiwa dan Fisik: Puisi ini memperkenalkan konflik yang kuat antara jiwa dan fisik. Penyair menunjukkan bahwa jiwa dan fisik tidak selalu sejalan, dan sering kali ada ketegangan antara keduanya. Jiwa tampaknya mengkritik dan menyalahkan fisik atas kelemahannya.

Penyadaran akan Kelemahan: Puisi ini mencerminkan perasaan penyesalan dan penyesalan atas kesalahan dan kelemahan yang disadari oleh penyair. Penyair menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang telah mengikuti keinginan duniawi dan mengabaikan kebijakan jiwa.

Pertanyaan tentang Makna: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang makna hidup dan pencarian akan kebahagiaan. Penyair merenungkan kebahagiaan dan keindahan yang tampaknya sulit dicapai olehnya. Dia mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dalam perenungan jiwa.

Hubungan dengan Keadilan: Puisi ini menyentuh tema keadilan, dan penyair meminta ampun atas ketidakseimbangan yang dia rasakan dalam hidupnya. Dia mencari keadilan dalam hubungannya dengan jiwa dan fisiknya, menginginkan pemahaman dan harmoni yang lebih besar.

Kehidupan dan Kematian: Ada elemen kematian yang tersirat dalam puisi ini, terutama ketika penyair merenungkan alam keabadian jiwa. Penyair ingin mencapai kebahagiaan yang terletak di luar dunia fisik, di alam keabadian, tetapi dia merasa terbatas oleh keterikatan pada kehidupan manusia.

Pencarian dan Kesadaran: Puisi ini mencerminkan pencarian penyair untuk pemahaman yang lebih dalam dan kesadaran tentang kehidupan, cinta, dan jiwa. Dia merenungkan perjalanan panjangnya menuju pencerahan dan kebahagiaan.

Puisi "Ampun, Jiwaku!" adalah karya yang sarat dengan konflik emosional dan refleksi filosofis. Kahlil Gibran menggambarkan perjuangan manusia dalam mencari makna dalam kehidupan dan hubungannya dengan dirinya sendiri. Puisi ini menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang eksistensi manusia dan perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan alam semesta.

Puisi Kahlil Gibran
Puisi: Ampun, Jiwaku!
Karya: Kahlil Gibran
Buku: Lagu Gelombang (1989)
Diterjemahkan oleh: Sri Kusdyantinah

Biodata Kahlil Gibran:
  • Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Lebanon.
  • Kahlil Gibran meninggal dunia pada tanggal 10 April 1931 di New York, Amerika Serikat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.