Senyuman di Ujung Waktu
Kucoba membersihkan gelas,
tempat bersemayam cahaya Ilahi
; benarkah ranting yang patah....
kembali bertindak mendengarkan hati?
; adakah daun yang gugur....
kembali dekat mengalahkan ego?
Dan senyuman Tuhan....
tetap terikat, hingga paham
bahwa setiap "kamu" punya cerita
bahwa setiap "aku" punya kisah dan
bahwa setiap "kita" punya pesan
kamu, aku dan kita
: sama-sama merebakkan senyuman di ujung waktu
2022
Analisis Puisi:
Puisi "Senyuman di Ujung Waktu" karya Sultan Musa adalah sebuah karya yang menghadirkan refleksi mendalam tentang makna dan kekuatan hubungan antara manusia, alam, dan keilahian.
Metafora Gelap dan Cahaya: Gelas yang menjadi tempat cahaya Ilahi mencerminkan peranan penting manusia sebagai wadah bagi keilahian. Dalam proses membersihkan gelas, terdapat upaya untuk memahami dan menyucikan diri dari kegelapan dan dosa.
Pertanyaan Filosofis: Dalam bait-bait yang ditandai dengan tanda titik koma, penyair mengajukan pertanyaan filosofis yang mendalam. Ranting yang patah dan daun yang gugur menjadi simbol perubahan dan kehancuran, namun juga menjadi titik awal pemahaman dan kebangkitan.
Pembelajaran dari Alam: Penyair mengajarkan bahwa alam memiliki pesan dan pelajaran yang dalam bagi manusia. Ranting yang patah dapat belajar mendengarkan hati, sementara daun yang gugur dapat belajar untuk mengalahkan ego. Ini menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam serta potensi pembelajaran yang terkandung di dalamnya.
Senyuman Tuhan: Puisi ini menekankan bahwa, meskipun manusia memiliki cerita dan kisahnya masing-masing, ada suatu kesatuan yang menghubungkan semua keberadaan. Senyuman Tuhan yang disebutkan dalam puisi adalah lambang dari kasih sayang dan pengertian yang mencakup semua perbedaan dan keberagaman.
Pesan Kemanusiaan: Dengan merujuk pada "kamu", "aku", dan "kita", penyair menyoroti pentingnya solidaritas dan empati di antara sesama manusia. Senyuman di ujung waktu mencerminkan harapan untuk perdamaian, persaudaraan, dan keselarasan di antara semua makhluk.
Puisi "Senyuman di Ujung Waktu" adalah sebuah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan yang dalam antara manusia, alam, dan keilahian. Dengan metafora yang kuat dan pertanyaan filosofis yang mendalam, puisi ini menginspirasi untuk mencari makna dan kebijaksanaan dalam perjalanan kehidupan dan mengajak untuk menyebarkan senyuman dan kebaikan di sepanjang perjalanan waktu.
Karya: Sultan Musa
Biografi Sultan Musa:
- Sultan Musa berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Tulisan-tulisannya tersiar di berbagai platform media daring dan luring. Karya-karyanya juga masuk dalam beberapa antologi bersama penyair Nasional dan Internasional, seperti Wangian Kembang (2018), Negeri Serumpun (2020), La Antologia de Poesia Cultural Argentina-Indonesia (2021) dan Cakerawala Islam (2022).
- Karya tunggalnya bertajuk Titik Koma (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.
- Nama Sultan Musa tercatat di dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017).