Puisi: Kenapa (Karya A.A. Navis)

Puisi "Kenapa" karya A.A. Navis adalah sebuah karya yang menggugah dan penuh kritik sosial.
Kenapa

Tidakkah tuan dengar segala rintih
keluh kesah suara serak
oleh tangis sepanjang waktu?

Tidakkah tuan lihat bangkai hidup
tinggal kulit pembalut tulang
oleh lapar yang diderita?

Dia telah jauh dilamun ombak nestapa
sedang tuan bergembira di benua bahagia.

Lupakah tuan sumpah dan ikrar
kala jabatan mula dipangku
membela, menyantun siapa derita?

Lupakah tuan jaya yang tiba
karena jabatan ciptakan sorga dalam dunia
setelah muluk janji yang diberi?

Megah tuan sekarang
buta pada yang terang
dalam nikmat tuan kini
lupa pada janji.

Dapat tuan bermegah
lupa sengaja pada sumpah.
Kenapa?

24 Oktober 1948

Analisis Puisi:

Puisi "Kenapa" karya A.A. Navis adalah sebuah karya yang menggugah dan penuh kritik sosial. Melalui bahasa yang lugas namun tajam, Navis menyuarakan keprihatinannya terhadap ketidakadilan sosial dan pengkhianatan janji oleh mereka yang berkuasa.

Penggunaan Pertanyaan Retorik

  • Pertanyaan Retorik: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan-pertanyaan retorik yang menuntut perhatian dan menggugah hati nurani. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya ditujukan kepada para pemimpin, tetapi juga kepada pembaca untuk merenungkan realitas yang ada.
"Tidakkah tuan dengar segala rintih keluh kesah suara serak oleh tangis sepanjang waktu?"
"Tidakkah tuan lihat bangkai hidup tinggal kulit pembalut tulang oleh lapar yang diderita?"

Kontras

  • Kontras antara Penderitaan dan Kenikmatan: Navis menggambarkan kontras yang tajam antara penderitaan rakyat dan kenikmatan yang dinikmati oleh para pemimpin. Ini terlihat dalam bait: "Dia telah jauh dilamun ombak nestapa sedang tuan bergembira di benua bahagia."

Bahasa yang Lugas dan Tegas

  • Bahasa yang Lugas: Navis menggunakan bahasa yang lugas dan langsung untuk menyampaikan pesan kritiknya. Tidak ada metafora yang rumit atau simbolisme yang berlebihan, hanya ungkapan yang jelas dan tegas.
  • Penggunaan Kata-Kata yang Kuat: Kata-kata seperti "bangkai hidup", "kulit pembalut tulang", dan "ombak nestapa" memperkuat gambaran penderitaan yang dialami oleh rakyat.

Kritik terhadap Penguasa

  • Pengkhianatan Janji: Salah satu tema utama puisi ini adalah pengkhianatan janji oleh para pemimpin. Navis mengingatkan para pemimpin akan sumpah dan ikrar yang mereka buat ketika pertama kali menjabat, dan bagaimana mereka sekarang melupakan janji-janji tersebut: "Lupakah tuan sumpah dan ikrar kala jabatan mula dipangku membela, menyantun siapa derita?"
  • Kritik terhadap Ketidakadilan Sosial: Navis juga mengecam ketidakadilan sosial yang terjadi, di mana para pemimpin hidup dalam kenikmatan sementara rakyat menderita.

Kesadaran Sosial dan Moral

  • Kesadaran Sosial: Puisi ini mengajak pembaca untuk menyadari dan merasakan penderitaan yang dialami oleh sesama manusia. Pertanyaan-pertanyaan retorik yang diajukan Navis memaksa kita untuk merenungkan sejauh mana kita peka terhadap penderitaan orang lain.
  • Kesadaran Moral: Navis menekankan pentingnya kesadaran moral bagi para pemimpin. Mereka diingatkan bahwa kekuasaan yang mereka miliki seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi.

Pertanyaan tentang Integritas

  • Integritas Pemimpin: Puisi ini mempertanyakan integritas dan komitmen para pemimpin terhadap janji-janji yang mereka buat. Navis menantang para pemimpin untuk merenungkan apakah mereka telah mengingkari janji-janji mereka: "Dapat tuan bermegah lupa sengaja pada sumpah. Kenapa?"

Emosional

Puisi ini menimbulkan perasaan marah, kecewa, dan sedih. Dengan cara yang sederhana namun efektif, A.A. Navis berhasil menyuarakan kekecewaan dan kemarahan rakyat terhadap para pemimpin yang tidak menepati janji dan mengabaikan penderitaan mereka.

Puisi "Kenapa" adalah sebuah puisi yang kuat dan penuh makna, menggambarkan ketidakadilan sosial dan pengkhianatan janji oleh para pemimpin. Melalui bahasa yang lugas dan pertanyaan-pertanyaan retorik yang tajam, A.A. Navis menyampaikan kritik sosialnya dengan sangat efektif. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya integritas, kesadaran sosial, dan tanggung jawab moral bagi mereka yang berkuasa. Di tengah-tengah kenyataan yang sering kali keras dan penuh ketidakadilan, puisi ini adalah sebuah panggilan untuk refleksi dan perubahan.

A.A. Navis
Puisi: Kenapa
Karya: A.A. Navis

Biodata A.A. Navis:
  • A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
  • A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
  • A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.