Puisi: Jembatan Hidup (Karya A.A. Navis)

Puisi "Jembatan Hidup" karya A.A. Navis menggambarkan proses pembangunan jembatan sebagai metafora perjalanan hidup manusia, yang penuh dengan ...
Jembatan Hidup

Pernah aku bangun jembatan
yang megah, yang menawan.

Tapi selalu rubuh, rubuh dan rubuh
oleh hembusan nafas yang keruh
dari semua
dan aku juga.

Kembali aku terbanting
jatuh ke kali yang kering.

Tapi besok, bila pagi datang
aku mulai lagi
yang lebih kokoh dirancang
bila rubuh, aku bangun lagi.

Meski seumur hidupku
aku mulai lagi dari awal selalu.

11 Juli 1950

Analisis Puisi:
Puisi "Jembatan Hidup" karya A.A. Navis adalah karya sastra yang sarat dengan makna dan menyajikan gambaran perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan. Dalam puisi ini, Navis menggambarkan proses pembangunan jembatan sebagai metafora perjalanan hidup manusia, yang penuh dengan kejadian yang menguji keteguhan dan kekuatannya.

Pembangunan Jembatan sebagai Metafora Hidup: Navis menciptakan gambaran tentang pembangunan jembatan yang megah dan menawan. Pembangunan jembatan ini dapat diartikan sebagai usaha manusia dalam menciptakan suatu perjalanan hidup yang bermakna dan indah. Namun, kehidupan ini tidak selalu mulus, seperti yang digambarkan oleh kata-kata "Tapi selalu rubuh, rubuh dan rubuh."

Rubuh oleh Hembusan Nafas yang Keruh: Puisi menyiratkan bahwa jembatan yang dibangun oleh pelaku puisi sering kali roboh karena "hembusan nafas yang keruh dari semua dan aku juga." Ini menggambarkan bahwa kehidupan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sekitar, tetapi juga oleh keputusan dan tindakan individu. Hembusan nafas yang keruh bisa diartikan sebagai pengaruh negatif dan kegagalan.

Kembali Terbanting ke Kali yang Kering: "Kembali aku terbanting / jatuh ke kali yang kering," menyoroti kejatuhan dan kegagalan yang dialami oleh pelaku puisi. Kali yang kering menjadi simbol kesulitan dan keputusasaan, tetapi ini juga menciptakan kontras dengan upaya pembangunan jembatan yang terus-menerus.

Keberanian untuk Bangkit Lagi: Pada bait selanjutnya, puisi menciptakan harapan dengan menyatakan bahwa setiap pagi, pelaku puisi "mulai lagi / yang lebih kokoh dirancang / bila rubuh, aku bangun lagi." Ini mencerminkan keteguhan dan keberanian untuk terus berjuang meskipun mengalami kegagalan. Pembangunan jembatan yang lebih kokoh bisa diartikan sebagai pembelajaran dari pengalaman dan kesalahan sebelumnya.

Konsistensi dalam Memulai Ulang: Bait terakhir menutup puisi dengan pengakuan bahwa meski seumur hidupnya, pelaku puisi selalu "mulai lagi dari awal selalu." Ini menegaskan konsistensi dalam semangat untuk terus menciptakan dan membangun, meskipun kehidupan terus menghadirkan rintangan.

Puisi "Jembatan Hidup" menggambarkan perjalanan hidup sebagai suatu proses pembangunan yang penuh dengan ketidakpastian, kegagalan, dan keberanian untuk terus berjuang. Metafora jembatan menjadi simbol perjalanan hidup yang terus-menerus berproses, serta kemampuan untuk belajar dan bangkit dari setiap kejatuhan. Puisi ini memberikan pesan positif tentang keteguhan, konsistensi, dan kekuatan dalam menghadapi liku-liku kehidupan.

A.A. Navis
Puisi: Jembatan Hidup
Karya: A.A. Navis

Biodata A.A. Navis:
  • A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
  • A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
  • A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Dongeng kepada Seorang Asing Depan rumah kami di Kacainanyo alang-alang makin tinggi pun pohon makin tua Dan makin tegar hati adikku si Paibo biar usia baru delapan kali dua …
  • Plakatbuat ulangtahun Partaidemokrasi pun bukanlah bagi merekayang menjual rakyat kepada belandademokrasi pun bukanlah bagi merekayang menjual diri bagi musuh seduniasungguh, demok…
  • Antara Dua Sungai (1)untuk Pai Yu-huaSenja itu aku berdiri di tebing-beton Sungai MutiaraBerapa lama sudah air ini bulak-balik ke laut?Dia membawa duka dan suka dari muara,derita b…
  • Nol BesarKepada Chairil AnwarEngkau mengamuksalah! gila semua kalian iniaku tidak mau minum candu!Dan engkau mengamukberani menghantam, gempur segalaasal nyamuk, asal pukulpukul! p…
  • Anjing Belang Sering kami berjumpa di sini hampir setiap malam hari di malam kelam dan terang kalau aku pergi ke belakang mengambil air sembahyang dan dia mencari s…
  • Jembatan HidupPernah aku bangun jembatanyang megah, yang menawan.Tapi selalu rubuh, rubuh dan rubuholeh hembusan nafas yang keruhdari semuadan aku juga.Kembali aku terbantingjatuh …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.