Puisi: Doa Moyangku (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Doa Moyangku" menggambarkan rasa keterhubungan dengan tradisi dan spiritualitas.
Doa Moyangku

Poyangku rata meminta sama
semoga sekali aku diberi
memetik kecapi, kecapi firdausi
menampar rebana, rebana swarga.

Poyangku rata semua semata
penabuh bunyian kerana suara
suara sunyi suling keramat.

Kini rebana di celah jariku
tari tamparku membangkit rindu
kucoba serentak genta genderang
memuji kekasihku di mercu lagu.

Aduh, kasihan hatiku sayang
alahai hatiku tiada bahagia
jari menari doa semata
tapi hatiku bercabang dua.

Sumber: Nyanyi Sunyi (1937)

Analisis Puisi:

Puisi "Doa Moyangku" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan keinginan, doa, dan perasaan penyair terhadap hubungannya dengan tradisi, agama, dan kepercayaan moyangnya. Puisi ini menggambarkan pengalaman dan refleksi penyair dalam menghadapi tradisi dan spiritualitas.

Hubungan dengan Tradisi dan Spiritualitas: Puisi ini mengekspresikan rasa keterhubungan penyair dengan warisan budaya dan spiritualitas leluhurnya. Penyair merenungkan tentang doa moyang yang melibatkan berbagai alat musik dan ritual, seperti kecapi, rebana, suling, genta, dan genderang. Ini mencerminkan hubungan penyair dengan nilai-nilai budaya dan agama yang diteruskan dari generasi ke generasi.

Rasa Keterpautan dengan Tradisi: Penyair dalam puisi ini merasa keterhubungan dengan moyangnya melalui tindakan-tindakan ritual dan alat musik yang digunakan dalam doa. Dalam hal ini, puisi ini menggambarkan pentingnya tradisi dalam menjaga hubungan antara generasi dan merasa memiliki peran dalam melanjutkan warisan budaya.

Kontras dalam Perasaan: Pada saat yang sama, penyair juga merenungkan perasaan bercabang dalam dirinya. Meskipun dia mengikuti tradisi dan melakukan doa moyang, ada rasa bingung dan tidak bahagia yang hadir dalam hatinya. Ini menciptakan kontras antara tindakan eksternal dan perasaan internal penyair, mencerminkan ketidaksempurnaan dan konflik batin yang mungkin dialaminya.

Keindahan Bahasa dan Irama: Puisi ini menggunakan bahasa yang indah dan memilih kata-kata dengan hati-hati untuk menciptakan ritme dan irama yang khas. Hal ini membantu menciptakan suasana yang mendalam dan memperkuat perasaan yang disampaikan oleh penyair.

Tengku Amir Hamzah
Puisi: Doa Moyangku
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.