Puisi: Menyeduh Kopi (Karya Rudiana)

Puisi "Menyeduh Kopi" karya Rudiana menggambarkan gambaran tragedi kekerasan dan kekacauan dalam masyarakat.
Menyeduh Kopi

Menyeduh kopi membaca koran
Melihat berita di tv
Ada polisi mati
Ditembak polisi

Laras pistolnya durjana
Pelurunya sebongkah amarah
Pelatuknya nafsu serakah

Anak muda, yang juga polisi
Bersimbah darah
Menyerah
Tak kuasa melawan fitnah

Orang-orang gaduh
Berkumpul saling memukul
Dengan kata-kata
Dengan saling menduga

Negara tercoreng muka
Kasak kusuk mencari fakta
Siapa cepat jadi tersangka

Nun jauh disana
Seorang ibu menangis darah
Seorang ayah memekik marah
Seorang presiden memberi perintah

Pejabat berdebat
Saling menjerat
Rakyat jelata sekarat

Lumbung, Ciamis, 19 Agustus 2022

Analisis Puisi:

Puisi "Menyeduh Kopi" karya Rudiana menggambarkan gambaran tragedi kekerasan dan kekacauan dalam masyarakat.

Realitas Kekerasan: Puisi ini menghadirkan gambaran tentang kekerasan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang tercermin dari berita di koran dan televisi. Kasus polisi yang tewas menunjukkan betapa kekerasan telah merasuki bahkan pihak yang seharusnya menjaga ketertiban.

Pertempuran Batin: Dalam deskripsi polisi yang tewas oleh rekan sejawatnya sendiri, puisi ini menggambarkan pertempuran batin yang dialami oleh individu dalam menghadapi konflik moral dan keputusan yang sulit. Laras pistol yang digunakan sebagai alat kekerasan, pada saat yang sama mencerminkan konflik internal yang dalam.

Fitnah dan Kekacauan Sosial: Puisi ini menggambarkan reaksi sosial yang terjadi setelah kejadian tragis tersebut, di mana masyarakat terlibat dalam kekacauan, saling menduga, dan mencari kambing hitam. Fitnah dan tuduhan tanpa bukti menghasilkan kekacauan yang semakin memperburuk situasi.

Kegagalan Sistem: Melalui gambaran tentang perdebatan para pejabat dan pencarian fakta yang kasak-kusuk, puisi ini mencerminkan kegagalan sistem dalam menangani konflik dan kekerasan. Bahkan, respons dari pihak berwenang cenderung lebih menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian.

Penderitaan Rakyat Jelata: Pada akhirnya, puisi ini menyoroti penderitaan yang dirasakan oleh rakyat jelata, yang menjadi korban dari kekerasan, kekacauan, dan kegagalan sistem. Tangisan seorang ibu, kemarahan seorang ayah, dan keputusan seorang presiden menggambarkan konsekuensi tragis dari tindakan-tindakan kekerasan dalam masyarakat.

Puisi "Menyeduh Kopi" karya Rudiana adalah sebuah puisi yang menyoroti realitas kekerasan, kekacauan sosial, dan kegagalan sistem dalam menangani konflik. Melalui gambaran tragedi dan penderitaan yang dialami oleh berbagai pihak, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak negatif dari kekerasan dalam masyarakat dan pentingnya mencari solusi damai dan adil.

Rudiana
Puisi: Menyeduh Kopi
Karya: Rudiana

Biodata Rudiana:
  • Rudiana lahir pada tanggal 19 Juli 1977 di Ciamis.
© Sepenuhnya. All rights reserved.