Puisi: Bawalah Aku Berlayar ke Malaka (Karya Rini Intama)

Puisi "Bawalah Aku Berlayar ke Malaka" karya Rini Intama mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan mereka sendiri dan makna di balik ...
Bawalah Aku Berlayar ke Malaka

ini hari ke tigapuluh, sejak perahu kita berlabuh
sejak aku membaca seribu puisi dari air matamu yang jatuh
lalu kita melewati pantai, tanjung dan selat saat embun pergi
melesapkan rasa dan kita pergi ke seribu kisah, soal sejarah

tuan, aku ingin menemuimu di negeri yang jauh
membaca kesabaranmu yang sunyi
melihatmu menggenapkan cinta di sampan kembara
sementara aku menerjemahkan rinduku yang mabuk

Perjalanan jauh dari hulu, hingga muara berbatu
aku terus mencarimu dan mengetuk-ngetuk ingatan
kita melewati pintu yang sama dan berjalan searah
dari waktu-waktu yang gelisah
kita sibuk menggulung sepi yang diam-diam pergi
sementara di kelokan anak-anak sungai, sejarah mengalirkan rindunya sendiri
kau berkisah soal Bintan, Lingga hingga sungai Langkap

Aku menemukan sajak-sajak tua dan seribu doa
di rumah hutan, di prasasti hingga batu-batu nisan
ada cahaya kemenangan, aku menjumpai tuhan di hamparan air dan sayap camar
kita tak bicara apa-apa
tapi melayu telah menulis hikayat kesetiaan
di atas tanah yang sabar

: tuan, sebelum turun senja bawalah aku berlayar ke Malaka

September-Oktober 2017

Sumber: Hari Raya Puisi (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Bawalah Aku Berlayar ke Malaka" karya Rini Intama adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan emosional dan fisik melalui metafora pelayaran, sejarah, dan kerinduan.

Tema dan Struktur Puisi

  • Tema Perjalanan dan Sejarah: Puisi ini mengangkat tema perjalanan, baik secara fisik maupun emosional. "Hari ke tigapuluh, sejak perahu kita berlabuh" menunjukkan bahwa perjalanan ini telah berlangsung lama, dan waktu telah berlalu dengan membawa berbagai pengalaman. Pelayaran ini menjadi metafora untuk perjalanan emosional dan pencarian makna dalam hidup.
  • Metafora Pelayaran: Pelabuhan, pantai, tanjung, dan selat berfungsi sebagai simbol dari berbagai tahap dalam kehidupan dan pengalaman emosional. Setiap tempat yang dilalui dalam pelayaran mencerminkan berbagai bagian dari perjalanan hidup dan pencarian diri. "Melewati pantai, tanjung dan selat saat embun pergi" mengindikasikan perubahan dan pergeseran waktu, yang membawa penulis pada pengalaman baru dan refleksi mendalam.
  • Kesabaran dan Cinta: Penyair menyatakan keinginannya untuk menemui "negeri yang jauh" dan "membaca kesabaranmu yang sunyi", yang mencerminkan kerinduan untuk memahami dan mengalami cinta yang mendalam dan setia. "Melihatmu menggenapkan cinta di sampan kembara" menunjukkan keinginan untuk berbagi perjalanan dan cinta bersama seseorang yang spesial, sambil menerjemahkan perasaan sendiri.

Simbolisme dan Makna

  • Perahu dan Pelayaran: Perahu dan pelayaran dalam puisi ini adalah simbol dari perjalanan emosional dan eksplorasi diri. "Aku terus mencarimu dan mengetuk-ngetuk ingatan" menunjukkan pencarian berkelanjutan untuk makna dan pemahaman dalam hubungan dan pengalaman pribadi.
  • Sejarah dan Tempat Bersejarah: Referensi kepada "Bintan, Lingga hingga sungai Langkap" dan "saajak-sajak tua dan seribu doa" menggambarkan hubungan dengan sejarah dan warisan budaya. Ini menunjukkan bagaimana masa lalu dan kenangan sejarah membentuk dan memengaruhi pengalaman saat ini. "Di rumah hutan, di prasasti hingga batu-batu nisan" mencerminkan penemuan makna dan inspirasi di berbagai tempat bersejarah.
  • Cahaya Kemenangan dan Tuhan: "Ada cahaya kemenangan, aku menjumpai tuhan di hamparan air dan sayap camar" menyiratkan pencarian spiritual dan penemuan makna lebih dalam dalam perjalanan. Cahaya kemenangan melambangkan pencapaian dan pencerahan yang ditemukan selama perjalanan, sementara "sayap camar" dapat diartikan sebagai simbol kebebasan dan inspirasi.
Puisi "Bawalah Aku Berlayar ke Malaka" karya Rini Intama adalah sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan makna. Melalui metafora pelayaran dan referensi sejarah, penyair mengeksplorasi tema perjalanan, kerinduan, dan pencarian makna dalam hidup. Dengan menggunakan elemen-elemen seperti tempat bersejarah, simbol cahaya, dan refleksi spiritual, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan mereka sendiri dan makna di balik pengalaman dan kenangan yang membentuk kehidupan mereka.

Puisi "Bawalah Aku Berlayar ke Malaka" bukan hanya sebuah puisi tentang pelayaran fisik tetapi juga tentang pencarian emosional dan spiritual yang mendalam. Melalui gaya bahasa yang indah dan simbolisme yang kuat, Rini Intama berhasil menyampaikan pesan yang menyentuh dan reflektif tentang perjalanan hidup dan kerinduan.

Rini Intama
Puisi: Bawalah Aku Berlayar ke Malaka
Karya: Rini Intama

Biodata Rini Intama:
    Rini Intama lahir pada tanggal 21 Februari di Garut, Jawa Barat. Namanya tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.