Puisi: Pertemuan (Karya Pulo Lasman Simanjuntak)

Puisi "Pertemuan" karya Pulo Lasman Simanjuntak membiarkan pembaca merenungkan, mendalami, dan menafsirkan makna dari pertemuan dalam berbagai ...
Pertemuan (2)


tiang-tiang beton salah dihapalkan
penyanyi beriman, itu pikiran pertama
menyergap percakapan di pintu rumah

satu abad kemudian
sepotong ginjal tak bernilai jual
potret semua perkawinan retak
setia bersetubuh dengan birahi angin

Jakarta, Juli 1997


Pertemuan (4)


mari kita membangun
kapal besar di atas gunung batu
suatu pertemuan ribuan jam terbang

sibuk mencuri buah jarum
dari dalam perut laut

kemarin disodorkan
daging haram adat penuh
sekarang kesetiaan darah anggur
harus dipikul rata


Jakarta, Juli 1997

Analisis Puisi:
Puisi "Pertemuan" karya Pulo Lasman Simanjuntak adalah sebuah kumpulan puisi yang memperlihatkan kedalaman makna serta penggunaan bahasa yang kaya dan kuat.

Teks dan Struktur: Puisi ini terdiri dari bagian "Pertemuan (2)" dan "Pertemuan (4)". Kedua bagian ini menawarkan pemahaman yang berbeda tentang pertemuan, baik secara harfiah maupun dalam interpretasi simbolis.

Eksplorasi Makna Pertemuan

Pertemuan (2): Bagian kedua memberikan gambaran tentang pertemuan sebagai peristiwa yang mempertemukan dua hal, tetapi dalam konteks yang tidak lazim. Penyair memberikan contoh dengan membayangkan beton yang dianggap "salah dihapalkan", yang mencerminkan kebingungan atau kehilangan fokus. Puisi ini juga menggambarkan pertemuan sebagai perpaduan antara waktu, dengan gambaran "satu abad kemudian". Potongan ginjal yang tak bernilai dan retaknya perkawinan menjadi simbol dari kecacatan dan keretakan dalam pertemuan.

Pertemuan (4): Bagian ini lebih abstrak dalam menjelaskan pertemuan. Penyair membayangkan membangun kapal besar di atas gunung batu, yang mungkin saja menjadi metafora tentang kegagalan atau upaya yang sia-sia. Juga, gambaran tentang mencuri buah jarum dari dalam perut laut menunjukkan usaha yang mustahil. Pada akhirnya, puisi menggambarkan perubahan dari tindakan masa lalu yang tidak pantas menjadi suatu kesetiaan yang layak.

Gaya Bahasa dan Imajinatif: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan imajinatif. Ia menyajikan gambaran-gambaran yang cenderung berbeda dari realitas, namun secara simbolis menggambarkan sesuatu yang lebih mendalam. Metafora dan imajinasi yang digunakan memperkaya makna puisi, memungkinkan pembaca untuk menginterpretasikan makna di balik kata-kata.

Analisis Makna dan Interpretasi: Puisi "Pertemuan" karya Pulo Lasman Simanjuntak merupakan puisi yang membangkitkan pertanyaan tentang makna dari setiap pertemuan. Apakah pertemuan itu merupakan suatu kenangan, harapan, kegagalan, atau suatu kesempatan baru? Puisi ini menawarkan pertanyaan yang dalam dan menarik, mendorong pembaca untuk merenungkan tentang arti sejati dari pertemuan.

Melalui puisi "Pertemuan," Pulo Lasman Simanjuntak tidak hanya menciptakan gambaran yang kuat melalui penggunaan bahasa dan imajinatif yang kaya, tetapi juga memberikan sudut pandang unik tentang makna pertemuan itu sendiri. Puisi ini membiarkan pembaca merenungkan, mendalami, dan menafsirkan makna dari pertemuan dalam berbagai konteks, memberikan kekayaan makna yang bisa diresapi oleh setiap pembaca.

Pulo Lasman Simanjuntak
Puisi: Pertemuan
Karya: Pulo Lasman Simanjuntak

Biodata Pulo Lasman Simanjuntak:
    Pulo Lasman Simanjuntak lahir pada tanggal 20 Juni 1961 di Surabaya. Ia pernah menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta). Ia belajar sastra secara otodidak. Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum Kompas tahun 1977.
      Pada tahun 1980 sampai tahun 2022 sajak-sajaknya mulai disiarkan di Majalah Keluarga, Dewi, Nova, Monalisa, Majalah Mahkota, Harian Umum Merdeka, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Harian Sore Terbit, Harian Umum Seputar Indonesia (Sindo), SKM. Simponi, SKM. Inti Jaya, SKM. Dialog, HU. Bhirawa (Surabaya), Koran Media Cakra Bangsa (Jakarta), Majalah Habatak Online, dan masih banyak lainnya.
        Buku kumpulan sajak tunggalnya yang sudah terbit Traumatik (1997), Kalah atau Menang (1997), Taman Getsemani(2016), Bercumbu Dengan Hujan (2021), Tidur di Ranjang Petir (2021), Mata Elang Menabrak Karang (2021), dan Rumah Terbelah Dua (2021).
          Sajaknya juga termuat dalam 15 Buku Antologi Puisi Bersama Penyair di seluruh Indonesia.
            Namanya juga telah masuk dalam Buku Pintar Sastra Indonesia Halaman 185-186 diterbitkan oleh Kompas (PT. Kompas Media Nusantara) cetakan ketiga tahun 2001 dengan Editor Pamusuk Eneste, serta Buku Apa & Siapa Penyair Indonesia halaman 451 diterbitkan oleh Yayasan Puisi Indonesia dengan Editor Maman S Mahayana dan Kurator Sutardji Calzoum Bahchri, Abdul Hadi W.M, Rida K. Liamsi, Ahmadun Y Herfanda, dan Hasan Aspahani.
              Lasman Simanjuntak saat ini menjabat sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), dan bekerja sebagai wartawan media online.

              Anda mungkin menyukai postingan ini

              © 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.