Lima November
Lupa pada warna senja yang sebentar lagi turun
Suara ibu memanggilku hingga suara serak berdahak
Lamat menghilang dalam pekat awan yang berserak
Secangkir air mata panas tumpah menyiram hatiku
Malam, kutanya di mana ibu?
Ayah berbisik, sudah di surga sore tadi nak.
November, 2010
Sumber: Gemulai Tarian Naz (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "Lima November" karya Rini Intama menggambarkan momen yang penuh dengan kesedihan dan kehilangan yang dirasakan oleh penyair, tampaknya di tengah keheningan dan kerinduan akan sosok ibu.
Refleksi pada Kehilangan: Puisi ini membawa pembaca pada momen kehilangan yang terasa sangat dalam. Kehilangan sosok ibu tampaknya telah menimbulkan rasa duka yang mendalam dalam jiwa penyair, terutama melalui penggambaran senja yang akan turun, seakan menyimbolkan kedamaian yang hilang dengan kepergian sang ibu.
Imajinasi dan Emosi yang Kuat: Dalam menggambarkan momen tersebut, puisi ini menggunakan gambaran senja sebagai latar belakang, mungkin untuk menekankan rasa kehilangan yang mendalam dan sedih. Penggunaan kata-kata seperti "suara ibu memanggilku" dan "secangkir air mata panas tumpah menyiram hatiku" menciptakan nuansa emosional yang kuat dalam puisi.
Keterhubungan dengan Alam dan Pemandangan: Penggambaran senja yang akan turun dan awan yang berserak mungkin mencerminkan kesedihan dan kehampaan yang dirasakan oleh penyair. Alam yang digambarkan memiliki kesan kesepian dan kehampaan yang sejalan dengan perasaan sedih sang penyair.
Kesimpulan yang Mendalam: Dalam dua baris terakhir, pertanyaan "di mana ibu?" yang diucapkan oleh penyair dan jawaban ayah yang mengisyaratkan kepergian ibu ke surga menciptakan kesan kerinduan, pertanyaan yang tak terjawab, serta pengakuan atas kepergian ibu. Hal ini menguatkan kesan kehilangan dan rasa duka dalam puisi.
Kesedihan yang Tersirat dan Duka yang Dirasakan: Puisi ini mampu menggambarkan kesedihan dan kehampaan secara tersirat. Duka yang dirasakan sang penyair disampaikan secara kuat melalui imaji senja yang turun, suara serak berdahak, dan air mata panas yang tumpah.
Kesederhanaan dan Kekuatan Emosional: Meskipun puisi ini sederhana dalam penggunaan kata-kata dan strukturnya yang singkat, namun mampu menyampaikan emosi yang dalam, menimbulkan refleksi, serta menyiratkan rasa kehilangan yang mendalam.
Puisi ini mampu membangun kesan kehilangan dan kesedihan yang terasa kuat, sementara juga menghadirkan nuansa keheningan dan kekosongan yang melingkupi suasana hati sang penyair setelah kepergian ibu.
Karya: Rini Intama
Biodata Rini Intama:
Rini Intama lahir pada tanggal 21 Februari di Garut, Jawa Barat. Namanya tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017).