Faktor Penyebab dan Penanganan Anak Tuna Wicara

Tuna Wicara || Dalam masyarakat, terdapat penyandang disabilitas tuna wicara yang karena keterbatasan indera bicaranya tidak dapat menggunakan ...

Seperti yang kita ketahui komunikasi adalah kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial dalam berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berkomunikasi di antaranya adalah dengan berbicara melalui bahasa lisan atau dengan tangan melalui bahasa isyarat, serta tulisan.

Dalam masyarakat, terdapat penyandang disabilitas tuna wicara yang karena keterbatasan indera bicaranya tidak dapat menggunakan bahasa lisan, mereka hanya dapat mengandalkan komunikasi melalui bahasa isyarat dan atau tulisan.

Tuna Wicara

Tunawicara atau kelainan bicara adalah ketidakmampuan individu dalam mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain (pendengar). Serta gangguan pada kemampuan untuk menerima, mengirim, memproses dan memahami konsep atau simbol. Akibatnya, pesan yang terlihat sederhana ketika disampaikan kepada lawan bicara sulit dipahami.

Terdapat beberapa macam gangguan bicara (tunawicara) antara lain:

  1. Articulation, kesulitan komunikasi dalam pengucapan
  2. Gagap, kesulitan dalam mengucapkan kalimat secara fasih
  3. Cerebral-Palsy speech, kelainan bicara akibat adanya kerusakan otak
  4. Speech problem due impaired hearing, kelainan bicara akibat gangguan pendengaran
  5. Retarted Speech Development, kelainan bicara akibat perkembangan bicara itu sendiri.

Menurut Drs. Sarjono, faktor penyebab tuna wicara adalah sebagai berikut:

1. Gangguan Prenatal

Hereditas (Keturunan)

Apabila di antara keluarga terdapat tuna wicara atau membawa gen tuna wicara maka pada saat lahir anak akan memiliki gangguan tuna wicara.

Anoxia

Kekurangan oksigen pada janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan saraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah satu organ bicara, seperti pita suara, tenggorokan, lidah dan mulut.

2. Gangguan neonatal

Prematur

Bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang-kadang disertai ketulian, kurangnya berat badan ketika lahir juga menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan.

3. Gangguan Pos Natal

Infeksi

Sesudah lahir anak menderita infeksi misalnya campak yang menyebabkan tuli, virus akan menyerang cairan koklea, menyebabkan anak menderita otitis media.

Meningitis (Radang Selaput Otak)

Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syaraf pendengaran dan akan mengalami ketulian perseptif.

Infeksi Alat Pernafasan

Seseorang dapat menjadi tunawicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti paru-paru, laring atau gangguan pada mulut dan lidah.

Menurut Heri Purwanto dalam Ortopedagogik umum yang merupakan karakteristik anak tunawicara adalah:

1. Karakteristik Bahasa dan Wicara

Pada umumnya anak tunawicara memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.

2. Kemampuan intelegensi

Kemampuan Intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya.

3. Penyesuaian Emosi, Sosial dan Perilaku

Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya. Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.

Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah, sebagai berikut:

  1. Berbicara keras dan tidak jelas
  2. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
  3. Telinga mengeluarkan cairan
  4. Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
  5. Bibir sumbing
  6. Suka melakukan gerakan tubuh
  7. Cenderung pendiam
  8. Suara sengau
  9. Cadel

Anak tuna wicara perlu ditampung dan diberi pendidikan seperlunya disesuaikan dengan ketunaannya. Sekolah yang khusus menampung anak tuna wicara disebut Sekolah Luar Biasa bagian B. (SLB B). Berpangkal pada ketentuan-ketentuan bahwa:

  1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahaan........ (pasal 27 ayat 1 UUD 45).
  2. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pasal 31 ayat 1 UUD 45)
  3. Juga dalam UU No.12 tahun 1954 sebagai undang-undang pokok pendidikan, menetapkan antara lain sebagai berikut:

    • Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan (bab III, pasal 4)
    • Pendidikan dan pengajar luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2)
    • Pendidikan dan pengajaran luar biasa bermaksud pada orang-orang yang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya mereka dapat memiliki kehidupan lahir batin yang layak (pasal 7 ayat 5) 

Berdasarkan pedoman pelaksanaan kurikulum SLB untuk tuna rungu wicara bagian B tahun 1977 buku III A 1 dijelaskan kurikulum SLB / B 1976 mengarahkan pada suatu pengajaran bahasa untuk membentuk tuna rungu wicara yang memiliki sikap dan bagian mata, dimana diperhatikan ke seluruhan hidup manusia yang cacat pendengaran dengan segala akibatnya dan kekhasannya sebagai manusia "Pemata" dan diusahakan menyusun hubungan pengertian yang akumulatif dengan keadaan hidup sesungguhnya, yang mencakup kenyataan dan lingkungan sekitar, tetapi tugas-tugas sosial, budaya dana politik dalam masyarakat.

Adapun tujuan pendidikan bagi tuna wicara agar anak dalam proses belajar mengajar dapat secara langsung berhadapan secara tatap muka agar siswa dapat: 

  • Menangkap bentuk ucapan dana perbendaharaan kata.
  • Menambah bentuk ucapan ungkapan.
  • Menambah ucapan kalimat.
  • Menambah keseluruhan isi cakapan.
  • Memanfaat sisa pendengaran.

Dalam proses pembelajaran metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

1. Metode Auditory Oral

Metode ini menggunakan bantuan bunyi untuk mengembangkan kemampuan mendengar dan bertutur kata, membutuhkan latihan pendengaran yang dapat melatih anak-anak untuk mendengar bunyi dan mengklasifikasikan bunyi-bunyi yang berbeda. Metode ini tidak menggunakan gerakan jari tetapi lebih menekankan pada metode pembacaan gerak bibir.

2. Metode Membaca Bibir

Komunikasi dengan metode ini baik untuk mereka yang mampu berkonsentrasi tinggi pada bibir dan penglihatan yang baik. Dalam metode ini anak-anak diharuskan untuk selalu melihat gerakan bibir penutur bahasa dengan tepat dan penutur bahasa harus berada di tempat yang terang dan dapat terlihat dengan jelas.

3. Metode Bahasa Isyarat

Bahasa isyarat yang digunakan secara mudah dengan menggabungkan perkataan dengan makna dasar.

4. Metode Komunikasi Universal

Metode ini menggabungkan gerakan tangan, isyarat, pembacaan gerak bibir, dan penuturan. Melalui metode ini anak-anak dapat memahami hal yang disampaikan menurut kemampuan masing-masing.

5. Penuturan Isyarat (Cued Speech)

Metode ini menggunakan simbol-simbol tangan untuk memandu bunyi-bunyian. Simbol-simbol tangan yang ditentukan dengan bentuk-bentuk tangan yang menentukan maksud perkataan. Terdapat delapan simbol tangan yang ditentukan menurut konsonan yang berbeda dan empat simbol tangan untuk menentukan huruf vocal.

Gangguan yang dapat mengakibatkan tunawicara karena adanya gangguan saat fase prenatal, neonatal, dan pos natal. Penderita tunawicara pun memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda dengan individu normal. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menetapkan perlakuan yang tepat terhadap individu tunawicara perlu adanya identifikasi dan assessment terlebih dahulu.

Individu tunawicara pun berhak mendapatkan pendidikan seperti orang normal pada umumnya, hal tersebut telah dijelaskan pada Undang-Undang. Intervensi pun digunakan pada individu tunawicara agar lebih berkomunikasi dengan individu yang lainnya.

Biodata Penulis:
Durotus Sa'adah berasal dari Temanggung, Jawa Tengah, ia adalah seorang ibu rumah tangga yang ikut aktif di TK/ PAUD. Saat ini Durotus Sa'adah juga aktif sebagai Mahasiswi PIAUD semester 4 di INISNU Temanggung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.