Kemerdekaan
Ada kemerdekaan
lagi terluka
mencoba tersenyum padamu
Ada kemerdekaan
bergulat di ambang duka
melambaikan tangan padamu
Ada kemerdekaan
hati siapa tetap satu
gigih menyelamatkannya
Ada kemerdekaan
milik siapa
sesungguhnya?
Jakarta, Agustus 2003
Sumber: Badik (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "Kemerdekaan" karya Aspar Paturusi menghadirkan ungkapan mendalam tentang konsep kemerdekaan dalam berbagai dimensi. Dengan menggunakan kata-kata yang sederhana namun bermakna dalam, puisi ini memperlihatkan kompleksitas pemahaman tentang kemerdekaan.
Ambiguitas Kemerdekaan: Puisi ini dibuka dengan pernyataan "Ada kemerdekaan," menciptakan atmosfer ambiguitas seputar makna kemerdekaan. Seolah-olah, kemerdekaan itu sendiri memiliki dimensi yang lebih dari sekadar pembebasan atau kebebasan fisik.
Luka dan Senyuman: Ekspresi "terluka" dan "tersenyum" menciptakan kontras yang kuat. Kemerdekaan, sebagaimana diutarakan dalam puisi, tidak selalu identik dengan kebebasan tanpa cela atau luka. Ada elemen keteguhan di sini, di mana meskipun terluka, kemerdekaan mencoba untuk tersenyum, menghadapi tantangan dengan kepala tegak.
Bergulat di Ambang Duka: Puisi ini merujuk pada perjuangan yang melibatkan kesedihan atau duka. Kemerdekaan bukanlah sesuatu yang diperoleh dengan mudah; sebaliknya, terkadang itu melibatkan perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Melambaikan Tangan: Metafora "melambaikan tangan" menambah dimensi sosial pada pemahaman kemerdekaan. Mungkin mencerminkan sikap terbuka atau keinginan untuk berbagi kemerdekaan dengan orang lain.
Hati yang Tetap Satu: Pernyataan "hati siapa tetap satu" menggambarkan keberanian dan keteguhan dalam mempertahankan nilai-nilai kemerdekaan. Dalam konteks ini, hati yang utuh dan bulat mewakili kebebasan batin yang tidak dapat dicabik-cabik oleh rintangan atau ketidakpastian.
Gigih Menyelamatkannya: Ungkapan "gigih menyelamatkannya" menggarisbawahi tanggung jawab dan komitmen untuk menjaga kemerdekaan. Ini bisa mencerminkan kesediaan untuk berkorban demi mempertahankan nilai-nilai yang dianggap penting.
Pertanyaan Puncak: Puisi ini diakhiri dengan pertanyaan tajam, "Ada kemerdekaan, milik siapa sesungguhnya?" Menyiratkan pertimbangan mendalam tentang kepemilikan kemerdekaan, apakah itu hak individu atau sesuatu yang bersifat kolektif.
Dengan memanfaatkan diksi yang kaya makna dan struktur yang sederhana namun efektif, Aspar Paturusi berhasil menciptakan puisi yang merangsang pemikiran dan meresapi makna kemerdekaan dalam perspektif yang lebih luas.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.