Selayar Waktu Berdarah
Remang kilau cahaya rembulan larut beriringan malam
Gegap derap langkah yang kian ringkih
Heningnya menyeret dalam ruang waktu
Menarik paksa menuju kubang lampau
Menyisakan jejak fatamorgana untuk meminta dijamah
Rupa sapaan semu yang menjadi gurau
Samar berbuah suka cita dalam sukma
Setiap detiknya penuh kesuma merekah
Hadirnya sungguh bagai mata air saat dahaga
Lukisannya penuhi angan ini terlampau nyata
Namun lantas sirna bagai tinta tak berpena
Seketika lenyap meninggalkan bayangnya
Membekas menjadi lara yang tak bercela
Runtuh seluruh khayal menerpa jiwa dan raga
Dalam gejolak nestapa harap berlayar menuju nirwana
Purwokerto, 9 April 2022
Analisis Puisi:
Puisi "Selayar Waktu Berdarah" karya Astri Wijaya Fitria adalah sebuah karya sastra yang memadukan keindahan alam dengan refleksi tentang perjalanan manusia melalui waktu dan pengalaman. Melalui metafora alam dan perasaan manusia, puisi ini mengungkapkan perjalanan emosional yang rumit dan menggugah.
Gambaran Malam dan Alam: Puisi ini memulai dengan gambaran malam yang mempesona, menggambarkan keindahan remang cahaya bulan, langkah-langkah yang melemah, dan kedamaian hening malam. Metafora ruang waktu yang menarik paksa menuju ke masa lalu menghadirkan gambaran visual yang dalam.
Pengalaman Manusia dalam Ruang Waktu: Puisi ini mencerminkan perjalanan manusia melalui waktu, dengan "sapaan semu yang menjadi gurau" yang menandakan perasaan dan interaksi manusia dalam ruang waktu. Ada kehadiran kesuma atau kebahagiaan, serta kemunculan realitas yang nyata namun lenyap begitu cepat.
Kepergian yang Meninggalkan Bekas: Penggunaan metafora "sirna bagai tinta tak berpena" memberikan kesan tentang kepergian yang meninggalkan bekas yang dalam, sebuah luka yang tak tercela, menggambarkan perasaan kehilangan dan kekosongan.
Penghujung yang Penuh Kesedihan: Puisi berakhir dengan gambaran nestapa dan harapan yang menuju nirwana, mencerminkan kesedihan dan kehampaan dalam perjalanan emosional dan spiritual seseorang.
Simbolisme Alam dan Perasaan Manusia: Puisi ini menggunakan alam sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan emosional manusia, dengan langkah-langkah, hening, dan cahaya bulan yang mewakili perjalanan jiwa seseorang.
Puisi Selayar Waktu Berdarah" merupakan karya yang penuh dengan perenungan akan perjalanan emosional dan spiritual manusia dalam ruang waktu, memadukan keindahan alam dengan perasaan kompleks manusia, serta mencerminkan perasaan kehilangan, kehampaan, dan harapan yang menuju nirwana.