Sebelum Kematian Memanggil
Malam purnama menebarkan bau sangit kelelawar
Menyingkap dada: "Di sini berlabuh damparan getah laut!"
Luka ini abadi berteman kebisingan bunga-bunga liar
Tuhan pun tahu bahwa sebentar lagi satu nama akan dihapusnya,
Dan di awal dunia lain kegairahan mengundang kesunyian
Lalu di pembaringan laknat kerinduan berubah menjelma kebosanan
Langit kosong dari segala bentuk kecuali wajah kita
Merunduk dan merunduk tapi juga tanpa bentuk
Jadi siapa sedang di sini hanya ada kita berdua
Kau atau aku yang berangkat lebih dulu?
Bulan tergolek di ranjangku
Aku menangis semalaman
Memburu arti dalam keremangan
Sukmaku terisak!
Angin mendesir siul
Lewat gerbang laut
Mengejar angan-angan yang tumbang
Sukmaku terharu!
Ah, lucu juga
Sebelum kematian memanggil
Selagi bumi belum gelap dan mendekap
Bulan dicium kupu-kupu!
Kau atau aku
Yang berangkat itu?!
Sumber: Horison (Oktober, 1973)
Analisis Puisi:
Puisi "Sebelum Kematian Memanggil" karya Yudo Herbeno menawarkan sebuah eksplorasi mendalam tentang kematian, kerinduan, dan eksistensi dalam konteks keindahan malam dan keputusasaan. Dalam karya ini, Yudo Herbeno menggunakan bahasa yang kuat dan simbolisme yang kompleks untuk menggambarkan perasaan dan refleksi mendalam mengenai akhir hidup.
Tema dan Makna
- Eksplorasi Kematian: Puisi ini secara jelas mengangkat tema kematian dan refleksi tentang kehidupan sebelum akhir datang. "Malam purnama menebarkan bau sangit kelelawar" membuka puisi dengan gambaran yang kuat dan suram, menciptakan suasana kegelapan dan kehampaan. Kematian digambarkan sebagai sesuatu yang akan datang, dengan "satu nama akan dihapusnya," menandakan bahwa setiap individu memiliki takdir yang tidak dapat dihindari.
- Kerinduan dan Kebosanan: Ada pergeseran emosional dari kerinduan menjadi kebosanan di akhir puisi. "Pembaringan laknat kerinduan berubah menjelma kebosanan" mencerminkan perubahan dari perasaan mendalam yang penuh gairah menjadi sesuatu yang lebih pasif dan tidak berdaya. Ini menggambarkan perasaan hampa dan kehilangan makna yang sering terjadi saat seseorang mendekati akhir hayat.
- Pertanyaan Existensial: Pertanyaan "Kau atau aku yang berangkat lebih dulu?" menunjukkan pergulatan dengan pertanyaan eksistensial tentang siapa yang akan mengalami akhir hidup terlebih dahulu. Ini menggarisbawahi ketidakpastian dan keputusasaan yang dirasakan dalam menghadapi kematian, serta keinginan untuk memahami siapa yang akan "pergi" lebih dulu dalam konteks hubungan atau kehidupan.
Gaya Bahasa dan Struktur Puisi
- Citra dan Simbolisme: Yudo Herbeno menggunakan citra yang kaya untuk menciptakan suasana puisi. "Bulan tergolek di ranjangku" dan "Angin mendesir siul lewat gerbang laut" menggambarkan suasana malam yang misterius dan melankolis. Simbolisme seperti bulan dan kupu-kupu menciptakan kontras antara keindahan yang sementara dan kegelapan yang abadi, menyoroti ketidakpastian dan kesedihan.
- Bahasa dan Nada: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat ekspresif dan penuh dengan kontras. "Sukmaku terisak!" dan "Sukmaku terharu!" menunjukkan kedalaman emosional yang dialami oleh pengarang. Nada puisi berubah dari kesedihan mendalam menjadi refleksi ironis dengan "Bulan dicium kupu-kupu," menciptakan kesan absurditas dan keindahan yang bersamaan.
- Struktur dan Ritme: Puisi ini tidak mengikuti struktur formal yang ketat, tetapi memiliki ritme yang bebas yang mencerminkan aliran pemikiran dan perasaan yang kompleks. Penggunaan kalimat yang panjang dan frasa yang tidak teratur menciptakan efek dramatis dan reflektif, memungkinkan pembaca untuk merasakan ketegangan dan kedalaman emosional yang diungkapkan.
Makna Kontekstual
- Refleksi Pribadi dan Universal: Puisi ini mencerminkan pengalaman pribadi pengarang dalam menghadapi kematian dan kerinduan, tetapi juga berbicara kepada pengalaman universal manusia. Pertanyaan tentang siapa yang akan pergi lebih dulu dan refleksi tentang kematian adalah hal-hal yang dialami banyak orang dalam hidup mereka, menjadikannya relevan bagi pembaca dari berbagai latar belakang.
- Kesadaran dan Keterhubungan: Yudo Herbeno mengajak pembaca untuk menyadari kerapuhan kehidupan dan keindahan yang sering kali terlupakan dalam keputusasaan. Puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan hubungan mereka dengan waktu dan kehidupan, serta bagaimana mereka menghadapi perubahan yang tak terhindarkan.
Puisi "Sebelum Kematian Memanggil" karya Yudo Herbeno adalah karya yang mendalam dan puitis yang mengeksplorasi tema kematian, kerinduan, dan eksistensi. Dengan menggunakan citra yang kuat dan bahasa yang ekspresif, Yudo Herbeno berhasil menciptakan gambaran yang menggugah dan reflektif tentang akhir hidup dan perasaan yang mengikutinya. Puisi ini menawarkan wawasan tentang bagaimana kita menghadapi kegelapan dan keindahan dalam kehidupan kita, serta bagaimana kita merenungkan makna dan takdir kita di dunia ini.
Karya: Yudo Herbeno
Biodata Yudo Herbeno:
- Yudo Herbeno lahir pada tanggal 15 Oktober 1948 di Yogyakarta.