Puisi: Ketika Ramadan Berlalu (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Ketika Ramadan Berlalu" karya Gunoto Saparie adalah refleksi yang dalam tentang momen bersejarah dalam agama Islam, yaitu berakhirnya bulan ...
Ketika Ramadan Berlalu

ketika ramadan berlalu
suka dan duka pun menyatu
ketika takbir menggema syahdu
terbukalah pintu-pintu maafmu

dan angkasa gemetar
ketika lantunan zikir terdengar
idulfitri pun datang menghampiri
kalam ilahi sarat sejuta arti

lepaslah segala rahasia
kembali kepada putih salju
lepaslah segala percakapan dusta
kembali kepada bumi tumpah darahku

ketika ramadan berlalu
beduk dan genta pun bertalu
tahmid dan tasbih pun menderu
di dalam semesta berkelindan berpadu

ketika tambur membahana
ditabuh para lelaki tua
ketika keras hati purba
meleleh oleh kasih dan cinta

berdenyar kalbu nurani
berdebar sukma puisi
allahu akbar, tuhanku, o tuhanku
allahu akbar, walillahilhamdu

2022

Analisis Puisi:

Puisi "Ketika Ramadan Berlalu" karya Gunoto Saparie adalah refleksi yang dalam tentang momen bersejarah dalam agama Islam, yaitu berakhirnya bulan Ramadan dan kedatangan Hari Raya Idul Fitri. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan berbagai perasaan dan pengalaman spiritual yang terkait dengan peristiwa ini.

Perpaduan Suka dan Duka: Puisi dimulai dengan menggambarkan perasaan perpaduan suka dan duka saat Ramadan berlalu. Ini mencerminkan campur aduknya perasaan yang dirasakan oleh umat Muslim saat berakhirnya bulan suci Ramadan. Meskipun sedih karena kepergian bulan Ramadan yang penuh berkah, umat Muslim juga merasa bahagia karena telah melewati bulan penuh ibadah dan pengampunan.

Pintu-Pintu Maaf Terbuka: Penyair menekankan pentingnya kesempatan untuk memaafkan dan memohon maaf saat Ramadan berlalu. Ini menggambarkan pentingnya sikap introspeksi dan perdamaian antar sesama yang terjadi pada akhir Ramadan dan menjelang Idul Fitri.

Kembalinya kepada Kesucian: Penyair menyiratkan pesan untuk kembali kepada kesucian dan kebenaran setelah berakhirnya Ramadan. Bulan Ramadan adalah waktu untuk membersihkan hati dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, dan Idul Fitri adalah momentum untuk memperkuat tekad ini.

Pengalaman Spiritual: Puisi ini menciptakan suasana spiritual yang kuat dengan menggambarkan lantunan zikir, tahmid, dan tasbih yang mengisi udara saat Idul Fitri tiba. Ini mencerminkan keagungan momen tersebut dan perasaan penghormatan dan ketaatan kepada Tuhan.

Allahu Akbar: Ungkapan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) mengakhiri puisi dengan kekuatan dan kehormatan. Ini adalah seruan untuk mengakui kebesaran Tuhan dan untuk bersyukur atas semua berkah yang diberikan, serta untuk menghargai kesempatan untuk bertemu dengan-Nya dalam ibadah dan kesucian Ramadan.

Puisi "Ketika Ramadan Berlalu" adalah penghormatan yang indah terhadap momen sakral dalam agama Islam. Dengan bahasa yang kaya dan puitis, penyair berhasil mengekspresikan perasaan spiritual, kesucian, dan penghargaan terhadap nilai-nilai Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya kesempatan untuk membersihkan hati, memperbaiki hubungan, dan memperkuat ikatan dengan Tuhan setelah berakhirnya bulan Ramadan.

Gunoto Saparie
Puisi: Ketika Ramadan Berlalu
Karya: Gunoto Saparie

Biodata Gunoto Saparie:

Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, kolom, dan artikel tentang kesenian, ekonomi, politik, dan agama, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019), dan Lirik (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2020).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).

Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.

Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta). Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).

Saat ini Gunoto Saparie menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia ‘Satupena’ Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain itu, di tengah kesibukannya menulis, ia kadang diundang untuk membaca puisi, menjadi juri lomba kesenian, pemakalah atau pembicara pada berbagai forum kesastraan dan kebahasaan, dan mengikuti sejumlah pertemuan sastrawan di Indonesia dan luar negeri.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.