Hutan Kelam
Matahari adalah perempuan telanjang
matahari adalah singa jantan di hutan Afrika
matahari adalah sang perampok di simpang empat
matahari adalah hantu menakutkan
yang sedang mengintai
orang di bawah jembatan
tukang-tukang sate koruptor
maling di malam hari
si upik bermata biru
si lancipa di warung
ayahku Danvinos pendulang emas
Matahari adalah singa jantan
yang melepas maut
di rumah-rumah sakit
di jendela-jendela penjara
di ranjang-ranjang di mati
Matahari adalah nenek pemalu
di depan pintu
yang tengah mengunyah sirih
merampas madu dunia
ke dalam dirinya
Matahari adalah singa jantan
yang ganas.
1976
Sumber: Hutan Kelam (1978)
Analisis Puisi:
Puisi "Hutan Kelam" karya N. A. Hadian merupakan sebuah ungkapan yang memuat gambaran kuat akan matahari dengan perumpamaan sebagai berbagai simbol dalam alam dan manusia.
Personifikasi Matahari: Dalam puisi ini, matahari dipersonifikasikan sebagai entitas yang kuat, ganas, dan memiliki sifat-sifat berbeda yang berkaitan dengan berbagai gambaran yang bersifat ekstrim dan intens. Misalnya, matahari diibaratkan sebagai "perempuan telanjang," "singa jantan di hutan Afrika," "perampok di simpang empat," atau "hantu menakutkan."
Simbolisme dan Makna Tersirat: Matahari tidak hanya dianggap sebagai sumber cahaya, tetapi juga menjadi representasi dari segala sifat yang ada dalam dunia. Hal ini bisa dimaknai sebagai representasi dari kekuatan alam, kehidupan, bahkan keganasan dan kekuatan maut yang ada di dunia. Matahari dianggap memiliki dualitas sifat yang kontras, dari sifat yang anggun hingga sifat yang ganas.
Perumpamaan yang Intens: Puisi ini memakai perumpamaan yang intens dan kuat untuk menyampaikan pesan dan citra. Dengan merujuk pada tokoh-tokoh seperti tukang sate koruptor, maling di malam hari, hingga ayah sang penyair, terciptalah gambaran yang kompleks akan keberadaan manusia dalam prespektif kekuatan matahari.
Kontras dan Dualitas: Kontras antara perempuan telanjang dan singa jantan hingga sifat lain dari matahari menimbulkan gambaran akan sifat yang ekstrim dan kompleks dari alam. Hal ini juga mengeksplorasi kontradiksi dan dualitas dalam kehidupan manusia.
Puisi "Hutan Kelam" memanfaatkan gambaran matahari sebagai simbol kuat yang menyajikan dualitas dan kontradiksi dalam sifat alam dan manusia. Dengan perumpamaan yang kuat, penyair mengeksplorasi kualitas ekstrim dan intens dari matahari, yang kemudian direpresentasikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti kekuatan, kebaikan, dan keganasan.
