Melati buat Multatuli
Lebak membara, tersulut
api nurani Setiabudi
Indo yang melawan arus kali
bayonet yang menikam balik dada Kumpeni
Kebetulan saja aku lahir di sana, katanya
sedang kebenaran ada di mana-mana.
Kulit bukan pula cerminan isi
jadi aku memilih terbit terbaca di negeri ini
Jauh mimpi beroleh medali
bersama kertas tinta, buah tangan sastrawi
mati di mana pun pantas. Kapan pun jadi,
lepas potret diri berbingkai emas
lepas terbilang berdiri tanpa alas
pesan pernyataannya terngiang tandas
: Bangsa, kelas, dan ujud ragawi
jangan ampuni kalau menindas
jangan sebut tamu jika menyatu senapas
Menangisi Saijah dan Adinda
Menghidupi Het Tijdchrift serta De Express
Mengobarkan tiga serangkai: Janget Kinatelon
sebongkah salju indah memancarkan putihnya
ke dalam ucap keringat kebangkitan dunia ketiga
Harganya tercurah luhur membatik cinta
Jazadnya terpendam hancur di belahan bumi utara
1982
Sumber: Dunia Semata Wayang (2005)