Puisi: Lagu Lama (Karya Djamalul Abidin Ass)

Puisi "Lagu Lama" karya Djamalul Abidin Ass mengeksplorasi dampak dari sejarah dan kebanggaan nasional terhadap pengalaman individu.
Lagu Lama

urbs salve regia
trevis metropolis
urbs amoenissima!

sebuah lagu lama
yang paling manis
tentang kota tercinta

dalam lagu bersatu bangga dan kebesaran
aku tidak tahu siapa pencipta
tapi yang pasti adalah penyair istana

kebanggaan yang paling tajam
tertuang dalam api kebangsaan
dan berakhir dengan perang
dan runtuhnya kemanusiaan!

seorang kelasi bersiul
dengan lagu kebanggaan trier
tetapi hatinya masgul
karena salju belum mencair.....


Trier, 2 Maret 1969

Sumber: Horison (Agustus, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Lama" oleh Djamalul Abidin Ass adalah karya yang mengeksplorasi tema memori sejarah, kebanggaan nasional, dan keterasingan pribadi. Dengan penggunaan referensi sejarah dan simbolik, puisi ini menyajikan pandangan mendalam tentang bagaimana masa lalu dan identitas kultural dapat mempengaruhi pengalaman individu.

Struktur dan Tema

Puisi ini disusun dengan gaya yang memadukan elemen sejarah dan refleksi pribadi. Melalui penggunaan frasa dalam bahasa Latin seperti "urbs salve regia", yang berarti "kota yang disapa kerajaan," puisi ini menciptakan suasana nostalgia yang mengaitkan masa lalu yang megah dengan realitas saat ini. Struktur puisi terdiri dari beberapa bait yang mengajak pembaca untuk mengikuti perjalanan dari kebanggaan historis menuju perasaan keterasingan dan kehampaan.

Referensi Sejarah dan Kebanggaan Kultural

  • "urbs salve regia / trevis metropolis / urbs amoenissima!": Frase ini merujuk pada pujian untuk kota-kota megah dalam sejarah, mungkin untuk kota Treviso di Italia. Penggunaan bahasa Latin memberi nuansa klasik dan historis, menekankan kebanggaan dan keindahan yang pernah dinikmati oleh kota-kota tersebut.

Lagu Lama dan Pencipta yang Tidak Dikenal

  • "sebuah lagu lama / yang paling manis / tentang kota tercinta": Lagu lama ini melambangkan kenangan dan kebanggaan terhadap masa lalu, tetapi penciptanya tidak diketahui. Ini menunjukkan bahwa meskipun pencipta lagu tersebut mungkin telah terlupakan, warisannya tetap hidup dalam ingatan kolektif.

Kebanggaan dan Kehampaan

  • "kebanggaan yang paling tajam / tertuang dalam api kebangsaan / dan berakhir dengan perang / dan runtuhnya kemanusiaan!": Frase ini menggambarkan bagaimana kebanggaan nasional dapat berubah menjadi konflik dan kehampaan. Api kebangsaan melambangkan semangat patriotik yang pada akhirnya bisa menyebabkan kehancuran.

Keterasingan dan Melankolis

  • "seorang kelasi bersiul / dengan lagu kebanggaan trier / tetapi hatinya masgul / karena salju belum mencair.....": Kelasi yang bersiul dengan lagu kebanggaan namun merasa masgul menunjukkan perasaan keterasingan dan keputusasaan. Salju yang belum mencair menggambarkan kemacetan dan ketidakmampuan untuk bergerak maju.

Interpretasi

Puisi "Lagu Lama" karya Djamalul Abidin Ass mengeksplorasi dampak dari sejarah dan kebanggaan nasional terhadap pengalaman individu. Melalui penggunaan referensi historis dan simbolis, puisi ini menyentuh bagaimana identitas kolektif dan kenangan masa lalu dapat memengaruhi perasaan dan keadaan saat ini. Kebanggaan terhadap masa lalu yang megah sering kali berkonflik dengan realitas kontemporer yang penuh tantangan, yang digambarkan melalui perasaan melankolis dan keterasingan.

Puisi "Lagu Lama" adalah sebuah karya yang menyoroti kompleksitas hubungan antara sejarah, identitas kultural, dan perasaan pribadi. Dengan gaya bahasa yang memadukan elemen klasik dan refleksi mendalam, Djamalul Abidin Ass menciptakan sebuah puisi yang menyoroti bagaimana kenangan dan kebanggaan dapat membawa perasaan keterasingan dan kehampaan. Karya ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana masa lalu dan identitas kultural membentuk pengalaman individu dan bagaimana menghadapi tantangan yang muncul dari pergeseran antara nostalgia dan realitas.

Djamalul Abidin Ass
Puisi: Lagu Lama
Karya: Djamalul Abidin Ass

Biodata Djamalul Abidin Ass:
  • Djamalul Abidin Ass lahir pada tanggal 12 Desember 1935 di Medan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.