Kemerdekaan
Ketika naskah dibaca
Kita pun bangkit dari luka-luka sejarah
Bendera berkibar
dalam perarakan besar
Maka dengan ini kami menyatakan
keputusan yang tidak dapat diganggu-gugat
Kemerdekaan
Adalah misi penyair
yang membikin janji
setiap kepada proklamasi
menjaga terus sampai bebas impian
begitu maraknya api
Hidup lebih berarti sekalian saja
sesudah itu tidak mati-mati
untuk memekik merdeka berkali-kali
terus berkali-kali
beribu tahun lagi
Kemerdekaan
Engkau sebutkan tentang kemerdekaan
dengan laut dan suara
dan mengembara di tanah air sendiri
Bukankah dengan kemerdekaan kita meraih harapan
dalam harapan-harapan
Kita pun selalu merindukannya
Kemerdekaan
Kepada Ajamuddin Tifani
Bagimu 51 ramadhan dalam langkah tegap
Kemerdekaan kita
Putaran jarum waktu
sepanjang ramadhan-ramadhan
adalah cenderamata Tuhan
Kemerdekaan Fani, kemerdekaan
Nyatanya Tuhan masih mengisyaratkan
bahwa kita harus mengubah nasib sendiri
atas tanah air, mata air dan air mata
Banjarmasin, Indonesia Emas, 1995
Sumber: Malam Hujan (2012)
Analisis Puisi:
Puisi "Kemerdekaan" karya Hijaz Yamani adalah serangkaian puisi pendek yang diarahkan kepada tokoh-tokoh berbeda yang berhubungan dengan perjuangan kemerdekaan. Puisi-puisi ini mencerminkan berbagai pandangan dan perasaan tentang makna kemerdekaan serta pentingnya mempertahankannya. Puisi ini juga menggambarkan hubungan antara kemerdekaan dengan waktu, perjuangan, dan keyakinan.
Kemerdekaan (1) Kepada Proklamator: Puisi ini mengacu pada momen penting saat Proklamator Indonesia membacakan naskah Proklamasi yang menandai dimulainya perjuangan kemerdekaan. Puisi ini menggambarkan momen di mana bangsa Indonesia bangkit dari luka-luka sejarah dan bendera merah-putih berkibar dalam semangat perarakan. Puisi ini menekankan keputusan yang tegas dan tidak dapat diganggu-gugat untuk mencapai kemerdekaan.
Kemerdekaan (2) Kepada Chairil Anwar: Puisi ini menghormati Chairil Anwar, seorang penyair terkenal Indonesia, sebagai salah satu tokoh yang memiliki peran penting dalam merawat semangat kemerdekaan melalui karyanya. Chairil Anwar digambarkan sebagai penyair yang memiliki misi dan janji untuk terus menjaga semangat kemerdekaan hidup dan berkobar. Puisi ini menyoroti pentingnya semangat merdeka yang terus hidup dan tidak akan padam.
Kemerdekaan (3) Kepada Toto Sudarto Bachtiar: Puisi ini merujuk pada Toto Sudarto Bachtiar dan menekankan hubungan kemerdekaan dengan rasa cinta terhadap tanah air. Puisi ini menggambarkan Toto sebagai seseorang yang mengembara di tanah air sendiri dan merindukan kemerdekaan. Puisi ini menunjukkan bahwa kemerdekaan memberikan harapan dan makna lebih dalam dalam setiap harapan yang diimpikan.
Kemerdekaan (4) Kepada Ajamuddin Tifani: Puisi ini ditujukan kepada Ajamuddin Tifani dan berbicara tentang perjalanan waktu serta keterkaitannya dengan kemerdekaan. Puisi ini menggambarkan 51 Ramadhan sebagai simbol perjalanan waktu sepanjang tahun, dan mengartikannya sebagai cenderamata Tuhan. Meskipun telah meraih kemerdekaan, puisi ini menyatakan bahwa Tuhan masih menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki nasib dan mengubah masa depan bangsa.
Puisi "Kemerdekaan" karya Hijaz Yamani menggambarkan berbagai aspek makna dan perjuangan kemerdekaan. Setiap puisi ditujukan kepada tokoh berbeda dan menggambarkan pandangan yang berbeda tentang kemerdekaan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran penting kemerdekaan dalam sejarah dan budaya Indonesia, serta pentingnya menjaga semangat merdeka dalam membangun masa depan yang lebih baik.