Puisi: Janda Penjual Sayur Imogiri-Yogya (Karya Iman Budhi Santosa)

Puisi "Janda Penjual Sayur Imogiri-Yogya" menggambarkan kehidupan seorang perempuan dengan lapisan kompleksitas emosi dan realitas sehari-hari.
Janda Penjual Sayur Imogiri-Yogya

Malam ia sudah merancang
tidak kembali mengulang mimpi
pada stang bau seledri
kabur membawa tubuh
di atas sepeda
bagai sekeranjang bayam dan kapri
habis kecantikannya terbeli bintang pagi

Tapi, ia mendengar bisik tetangga
dan percaya. Perempuan bisa jadi bapak anak-anaknya
tidaklah jamak setiap menyalakan api
mengandalkan korek dari saku laki-laki

Tapi, ia merasa berulangkali
rahimnya minta
bernyanyi. Dan sedikit variasi
misalnya, kasur bersprei
keriut ranjang besi
nakalnya desah sapaan jalanan
lamaran manis dan pernyataan aman

Duh Gusti, rapatkah mahoni
dan angsana sepanjang Imogiri-Yogya
untuk sembunyi jejak-tapak merpati
saat mencuri cara
berdagang nasib di bumi manusia?

1992

Analisis Puisi:
Puisi "Janda Penjual Sayur Imogiri-Yogya" karya Iman Budhi Santosa menghadirkan citra seorang perempuan yang menghadapi realitas hidupnya dengan segala kekuatan dan kerapuhan. Puisi ini memotret kehidupan sehari-hari seorang janda penjual sayur, dan melalui gambaran ini, penyair menyelami berbagai dimensi kehidupan perempuan tersebut.

Gambaran Malam dan Rencana Masa Depan: Bait pertama membawa pembaca ke dalam malam yang gelap, di mana sang perempuan sudah merencanakan sesuatu yang tidak hanya mengulang mimpi tetapi juga mungkin merencanakan langkah-langkah berikutnya dalam hidupnya. Pemilihan kata seperti "stang bau seledri" memberikan nuansa harum dan terkait dengan pekerjaannya sebagai penjual sayur.

Keseharian sebagai Penjual Sayur dan Kehilangan Kecantikan: Penyair menggambarkan perempuan ini sebagai seorang penjual sayur yang membawa tubuhnya di atas sepeda, seperti membawa beban yang cukup berat. Gambaran ini diperkuat dengan perbandingan tubuhnya dengan sekeranjang bayam dan kapri. Penuaan dan kehilangan kecantikan diilustrasikan dengan kata-kata "habis kecantikannya terbeli bintang pagi."

Kemungkinan Kehidupan Cinta yang Baru dan Percaya Tetangga: Penyair menggambarkan kehidupan percintaan dan kemungkinan kehidupan cinta yang baru setelah menjadi janda. Meskipun mungkin dihantui oleh bisikan tetangga, sang perempuan tampak membuka diri terhadap kemungkinan mendapatkan pasangan hidup yang baru.

Konflik dalam Menjalani Kehidupan Sendirian dan Kehendak Rahim: Puisi menggambarkan konflik batin sang perempuan, antara keinginan untuk hidup sendirian dan hasrat rahimnya yang meminta perhatian. Variasi kehidupan sehari-hari yang diinginkan, seperti "kasur bersprei" dan "keriut ranjang besi," menciptakan gambaran realistis tentang keinginan dan kenyataan yang mungkin bertentangan.

Pertanyaan tentang Nasib dan Alam: Puisi ditutup dengan pertanyaan yang penuh makna tentang nasib dan alam, yang diilustrasikan melalui gambaran "mahoni dan angsana sepanjang Imogiri-Yogya." Jejak-tapak merpati yang mencuri cara berdagang nasib menimbulkan gambaran perjuangan untuk bertahan di bumi manusia.

Puisi "Janda Penjual Sayur Imogiri-Yogya" menggambarkan kehidupan seorang perempuan dengan lapisan kompleksitas emosi dan realitas sehari-hari. Dalam realitas yang keras dan serba sulit, sang perempuan menunjukkan kekuatan, keuletan, dan keinginannya untuk menghadapi tantangan hidup. Puisi ini memotret realitas hidup perempuan dalam konteks kehidupan pedesaan dengan kelembutan dan kepekaan, merangkum kehidupan sehari-hari dan keinginan yang mendalam.

Iman Budhi Santosa
Puisi: Janda Penjual Sayur Imogiri-Yogya
Karya: Iman Budhi Santosa

Biodata Iman Budhi Santosa:
  • Iman Budhi Santosa pada tanggal 28 Maret 1948 di Kauman, Magetan, Jawa Timur, Indonesia.
  • Iman Budhi Santosa meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2020 (pada usia 72 tahun) di Dipowinatan, Yogyakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.