Basilica
ketika senja berlabuh dan lampu kota yang sayu
membawa langkah ke balik pinus
dimana kau menunggu dengan usia beribu
kutatap kau dengan hati yang kudus
kini kau hanya gereja tua
yang loncengnya mengerang duka
tapi di wajahmu yang renta
tercacar sejarah lama
kususuri tembok yang agung ini
ke altarnya yang jauh
tapi kenangan tidak padamu ilahi
yang memandangku begitu teduh
di sini beribu tahun yang lalu
anggur dan pesta serta tarian nista
cerita tentang gladiator
dan sandiwara yang kotor
renungan ini jauh berlabuh
sepanjang musim dan anak-anak berlahiran
basilica terpaku teguh
mohonkan suatu pengertian
2 Maret 1969
Sumber: Horison (September, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Basilica" karya Djamalul Abidin Ass menawarkan sebuah perjalanan emosional dan historis ke dalam sebuah bangunan kuno, menyelami kedalaman waktu dan kesedihan yang terkandung di dalamnya. Puisi ini mengangkat tema sejarah, keabadian, dan refleksi pribadi melalui simbolisme yang kuat dan imaji yang memukau.
Struktur dan Tema
Puisi "Basilica" menggambarkan perjalanan emosional seorang penjelajah ke sebuah gereja tua, menggali masa lalu dan memikirkan kekekalan dan kesedihan yang ada di dalamnya. Tema sentralnya adalah refleksi tentang waktu, kenangan, dan makna di balik struktur yang telah berdiri lama.
Gereja sebagai Simbol
- "ketika senja berlabuh dan lampu kota yang sayu membawa langkah ke balik pinus": Memperkenalkan suasana senja yang lembut, membawa pembaca ke suasana tenang dan reflektif. Gereja yang akan dikunjungi adalah simbol dari sejarah dan masa lalu yang mendalam.
- "kini kau hanya gereja tua yang loncengnya mengerang duka": Menunjukkan bahwa gereja tersebut, yang dulunya penuh makna, kini hanya menyimpan kenangan duka. Ini mencerminkan bagaimana waktu dapat mengubah fungsi dan makna suatu tempat.
Refleksi dan Kenangan
- "tapi di wajahmu yang renta tercacar sejarah lama": Gereja yang tua menunjukkan bekas-bekas sejarah dan waktu yang telah berlalu, menyiratkan bahwa tempat tersebut telah menyaksikan banyak peristiwa dan cerita.
- "kususuri tembok yang agung ini ke altarnya yang jauh": Menggambarkan penjelajahan fisik dan metaforis di dalam gereja, menjelajahi tembok dan altar yang penuh dengan kenangan sejarah.
Kehidupan dan Kematian
- "di sini beribu tahun yang lalu anggur dan pesta serta tarian nista": Menggambarkan kehidupan yang penuh dengan kemeriahan dan dosa di masa lalu. Ini menciptakan kontras antara masa lalu yang gemerlap dengan masa kini yang penuh kesedihan.
- "cerita tentang gladiator dan sandiwara yang kotor": Mengaitkan gereja dengan masa lalu yang penuh dengan kekerasan dan hiburan yang tidak bersih, menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah menjadi saksi peristiwa yang berdampak besar.
Kesedihan dan Pengertian
- "basilica terpaku teguh mohonkan suatu pengertian": Menunjukkan bahwa meskipun gereja telah melalui berbagai perubahan dan kesedihan, ia tetap teguh dan terus berharap untuk pemahaman dan refleksi yang mendalam dari pengunjungnya.
Interpretasi
Puisi "Basilica" menggambarkan bagaimana sebuah bangunan kuno, dalam hal ini gereja, menyimpan lapisan-lapisan sejarah dan kenangan. Melalui imaji yang kuat dan refleksi yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana waktu dan peristiwa membentuk makna dan mempengaruhi tempat-tempat yang kita anggap penting.
Gereja tua dalam puisi ini bukan hanya sebuah bangunan, tetapi juga simbol dari masa lalu yang penuh dengan kisah dan peristiwa. Kesedihan yang dihadapi oleh gereja mencerminkan kesedihan yang lebih universal tentang bagaimana kita menghadapi perubahan dan kehilangan.
Kesimpulan
Puisi "Basilica" karya Djamalul Abidin Ass menawarkan sebuah eksplorasi mendalam tentang sejarah, kesedihan, dan refleksi pribadi melalui simbolisme gereja tua. Dengan memanfaatkan imaji yang kuat dan narasi yang merenung, puisi ini mengajak pembaca untuk memikirkan bagaimana masa lalu dan kenangan membentuk makna di dalam kehidupan kita dan tempat-tempat yang kita hargai.