Senandung Sabut Kopra
Lelaki di Antara Tempurung
Pagi hening lelaki separuh baya sambut senja melabuhkan diri
Dan sudah tak peduli usia
Matahari membakar tubuh renta bermandikan peluh
Tanpa henti jemari menciptakan arang tempurung limbah kopra
Lelaki separuh baya .... tak peduli lagi segalanya
Dan hasil apa adanya
Lelaki separuh baya...
Semakin arungi arus kehidupan dan pertahankan tradisi
yang takkan hilang oleh tantangan zaman
Kuala Tungkal, 30 Oktober 2014
Pukul 02.39 WIB
Analisis Puisi:
Puisi "Senandung Sabut Kopra" karya Ahmad Yani AZ adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan seorang lelaki separuh baya yang tekun menjalani rutinitas sehari-hari. Melalui puisi ini, penyair menawarkan pandangan mendalam tentang kerja keras, dedikasi, dan kekuatan tradisi yang bertahan di tengah perubahan zaman.
Pagi Hening dan Menyambut Senja
Puisi dimulai dengan gambaran yang kuat: "Pagi hening lelaki separuh baya sambut senja melabuhkan diri." Momen pagi yang hening dan senja yang tiba menandakan siklus waktu yang terus berlanjut dalam kehidupan lelaki tersebut. Ia menyambut senja, yang merupakan simbol dari akhir hari, dengan ketenangan dan penerimaan terhadap ritme kehidupannya.
Usia dan Ketidakpedulian
"Dah sudah tak peduli usia" menunjukkan sikap lelaki yang tidak lagi terpengaruh oleh umur. Ini melambangkan keteguhan dan ketahanan yang dimiliki lelaki tersebut meskipun tubuhnya sudah renta. Usia bukanlah halangan bagi lelaki ini dalam menjalani pekerjaannya.
Kegiatan dan Peluh
"Matahari membakar tubuh renta bermandikan peluh" menggambarkan kerasnya pekerjaan yang dilakukan lelaki tersebut di bawah terik matahari. Peluh yang menetes menunjukkan usaha fisik yang besar dan ketahanan tubuh. "Jemari menciptakan arang tempurung limbah kopra" menunjukkan keterampilan tangan lelaki tersebut dalam mengolah sabut kopra menjadi arang, suatu proses yang memerlukan ketelitian dan keahlian.
Hasil Apa Adanya
"Dan hasil apa adanya" menyoroti sikap lelaki yang menerima hasil dari kerjanya dengan penuh kepuasan, tanpa mengharapkan lebih. Ini mencerminkan sikap realistis dan rasa syukur terhadap apa yang telah dicapai.
Pertahanan Tradisi
Lelaki separuh baya ini terus "arungi arus kehidupan dan pertahankan tradisi" meskipun zaman terus berubah. Puisi ini menekankan pentingnya mempertahankan tradisi dan cara hidup yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, sebagai bagian dari identitas dan budaya yang tidak mudah terpengaruh oleh perkembangan zaman.
Puisi "Senandung Sabut Kopra" karya Ahmad Yani AZ adalah sebuah perayaan terhadap kehidupan seorang lelaki yang teguh dalam menjalani pekerjaan dan mempertahankan tradisi. Melalui gambaran yang jelas dan bahasa yang kuat, penyair menggambarkan kehidupan sehari-hari yang penuh dengan dedikasi, ketahanan, dan rasa syukur. Puisi ini mengajak pembaca untuk menghargai kerja keras dan komitmen terhadap nilai-nilai tradisional yang tetap relevan meskipun zaman terus berubah.
Puisi: Senandung Sabut Kopra
Karya: Ahmad Yani AZ
Biodata Ahmad Yani AZ:
Ahmad Yani AZ lahir di Kuala Tungkal (Bungsu dari 9 bersaudara, 11 Februari 1969. Sejak kelas 4 SD sudah mulai mencoba untuk terjun ke dunia kepenulisan dan sampai SLTA maupun saat melanjutkan studi pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta sampai sekarang ini. Yang pada waktu itu mengikuti test pada Universitas Jambi, IKIP Karang Malang dan Institut Seni Indonesia Jurusan Tari, justru lulus pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta (tahun 1993).
Di samping menekuni dunia kepenulisan, juga sambil aktif mengisi waktu masuk di sanggar Natya Lakshita Yogyakarta pimpinan Didik Nini Thowok (3 bulan) dan LPK. Kepenyiaran Radio & TV (Jurusan Kepenulisan Naskah 1994).
Selesai di Akademi Komunikasi Yogyakarta dan kembali ke kampung halaman, kemudian menjadi Freelance Journalist (dan magang) di Harian Independent (yang sekarang Jambi Independent) kemudian aktif menulis di rubrik opini dan budaya di Pos Metro, Jambi Ekspres dan sempat menjadi Kabiro/Reporter Mingguan Jambi Post (1998-2000), Pimred Bulletin Poltik KIN RADIO (2004), kemudian diminta menjadi staf redaksi Mingguan Media Pos Medan (lebih kurang 1,5 tahun: 2002), Wakil Sekretaris Pincab. Pemuda Panca Marga (2001–2014), Bagian Seni Budaya/Pariwisata Pemuda Panca Marga Tanjab Barat 2014-2018 dan 2009-2012 Freelance Journalist: Harian Radar Tanjab, Pos Metro, Jambi Eks, Jambi Independent, Infojambi, Tipikor Meda, Harian Jambi, Tribun, Staf Disporabudpar Tanjab Barat (November 2014 sampai sekarang Wartawan/Pengasuh Rubrik Seni dan Sastra Harian Tungkal Post). Putra bungsu H. Ahmad Zaini (Tokoh Pejuang/Anggota Veteran, Anggota Laskar Hisbullah, Barisan Selempang Merah & Saksi/Pelaku Sejarah).