Pentas
dengan berat dia pun akan maklum sendiri
makna setiap kejadian. Setiap suara yang
riuh dalam kelam malam dalam usia
ketika bangkit dan memecah
kaum yang selalu berkasihan
barangkali
waktu jauh lebih telah merebut kesempatan
dari dia yang jujur membisu
di arus suasana penghidupan bergelombang
dan inilah drama abadi
yang mengucapkan seribu maaf atas setiap kesalahan
dalam adegan ganjil resah
sementara sepi datang dan pergi
menyinggung bumi dan dada ini.
Sumber: Horison (Oktober, 1968)
Analisis Puisi:
Puisi "Pentas" karya Husain Landitjing menghadirkan keseimbangan yang unik antara kegelapan dan pencerahan, memberikan makna mendalam pada setiap unsurnya.
Simbolisme dan Metafora Kehidupan: Puisi ini membawa pembaca ke dalam "pentas" kehidupan, tempat di mana setiap adegan memiliki makna tersendiri. Penyair menggunakan kata-kata seperti "riuh," "kelam," dan "bangkit" untuk menyampaikan kontras antara keceriaan dan kegelapan dalam perjalanan hidup.
Penuh Makna dalam Kegelapan: Penggunaan kata "kelam malam" tidak hanya merujuk pada kegelapan fisik, tetapi juga menciptakan suasana misterius dan penuh makna. Keadaan ini mencerminkan kompleksitas kehidupan yang penuh tantangan dan ketidakpastian.
Kesadaran akan Waktu dan Kejadian: Penyair menyiratkan pemahaman dan kesadaran terhadap waktu dan kejadian. Kalimat "dengan berat dia pun akan maklum sendiri" menunjukkan pemikiran mendalam terhadap pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup.
Adegan Ganjil dan Resah: Penggunaan frasa "adegan ganjil resah" menciptakan gambaran perasaan tidak nyaman dan ketidakpastian dalam beberapa tahap kehidupan. Ini bisa diartikan sebagai representasi dari tantangan dan konflik yang dihadapi oleh individu di atas panggung kehidupan.
Maaf atas Kesalahan: Penutup puisi membawa pesan maaf atas setiap kesalahan. Ini bisa diartikan sebagai rasa introspeksi dan penyesalan terhadap segala tindakan yang tidak sempurna. Kesalahan di sini mungkin melibatkan interaksi dengan orang lain, keputusan yang salah, atau hal-hal lain yang menciptakan drama dalam kehidupan.
Kesepian dan Keindahan dalam Sepi: Kata-kata "sementara sepi datang dan pergi" menghadirkan kesan kesendirian dan sekaligus keindahan dalam hening. Kesepian bukan hanya tentang kekosongan, tetapi juga tentang momen introspeksi dan pemahaman diri yang mendalam.
Puisi "Pentas" karya Husain Landitjing mengajak pembaca untuk merenungi kehidupan sebagai panggung penuh adegan. Puisi ini tidak hanya menggambarkan kegelapan dan kesulitan, tetapi juga menyiratkan keindahan dan pemahaman mendalam yang dapat ditemukan dalam setiap momen. Dengan gaya bahasa yang puitis, penyair berhasil menciptakan karya yang membangkitkan perasaan dan pemikiran mendalam pada setiap pembacanya.
Karya: Husain Landitjing
Biodata Husain Landitjing:
- Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.