Puisi: Malino dalam Senja (Karya Husain Landitjing)

Puisi "Malino dalam Senja" karya Husain Landitjing menggambarkan suasana senja yang penuh dengan kegelapan dan keheningan, serta perenungan akan ....
Malino dalam Senja

dentang hidup sayup bergema lewat hari-hari dalam senja
sementara kota dingin ini menonjol di lintasan
kabut putih saling bergulat di pucuk-pucuk pohonan
dan semak-semak menghilang;
tatkala arus angina bangkit kembali
kabut putih, hantu-hantu serta roh-roh dihalau bengis
ke jurang ternganga di bawah, dan —
di atas gunung saling pukul memukul dan berombak dalam suara

kemudian haripun letih sendiri, lalu,
menyerah,
mengendap di padang rumput basah
dan sepi merangkak perlahan-lahan
menusuk indra,
mengganggu sampai malam jatuh di ranjang penginapan;

mendadak kawanku bertanya;
apa yang bisa dibuat dengan sunyi?
minum anggur garang?
mengepulkan mimpi ke dunia lain?
atau bercerita akan hal ihwal perempuan tak habis-habisnya?
atau tentang kesusasteraan Indonesia abad dua puluh?
atau sifat-sifat Tuhan?
atau hal mati?

ah, jangan, jangan dengan hal mati
aku takut maut tiba-tiba bangkit bagai dinding
atau menyamar dalam sepi
lalu menangkap dengan garang
maka kita takkan bisa lagi kembali
ke rumah asal
buat menyalakan api
yang kekal;

sebab, sungguhpun duka demikian berat dan memuncak
menggelegak,
di hari-hari dalam senja
aku masih tetap rela bangkit dan akan bertarung kembali
dari kejatuhanku yang kedua
aku akan bertarung lagi,
sampai kapan?
sekarang ini aku belum bisa mengatakan

Sumber: Horison (Maret, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Malino dalam Senja" karya Husain Landitjing menggambarkan suasana senja yang penuh dengan kegelapan dan keheningan, serta perenungan akan eksistensi dan tantangan hidup. Dalam puisi ini, Landitjing menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu yang berhadapan dengan kehidupan dan ketakutan akan kematian.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari lima bait dengan gaya bahasa yang kaya akan imaji dan simbolisme, menciptakan suasana yang gelap dan introspektif.

Tema dan Makna

  • Keheningan dan Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini menyoroti tema eksistensialisme dengan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan tentang arti hidup dan kematian. Suasana senja yang suram dan hening menciptakan ruang bagi penyair untuk merenungkan keberadaannya di dunia yang gelap.
  • Ketegangan Antara Kehidupan dan Kematian: Terdapat kontras yang kuat antara kehidupan yang gelap dan harapan akan kebangkitan, dengan ketakutan akan kematian yang mengintai. Kabut putih dan roh-roh yang diusir menggambarkan pertarungan batin dan kegelapan yang mengancam.
  • Perjuangan dan Harapan: Meskipun penuh dengan kesedihan dan pertarungan batin, penyair tetap menunjukkan semangat untuk bangkit kembali dan melawan. Ada harapan yang tersirat bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan, keinginan untuk bertahan hidup dan melanjutkan perjuangan masih ada.

Gaya dan Teknik

  • Imaji dan Simbolisme: Landitjing menggunakan imaji seperti kabut putih, gunung yang berombak, dan kegelapan senja untuk menciptakan gambaran yang kuat dan misterius. Simbolisme arus angin dan pertempuran di gunung menggambarkan perjuangan batin penyair.
  • Metafora dan Personifikasi: Metafora seperti "menyerah, mengendap di padang rumput basah" menggambarkan keheningan dan kesendirian yang mengganggu. Personifikasi terhadap haripun dan malam menambah kedalaman suasana puisi.
Puisi "Malino dalam Senja" karya Husain Landitjing adalah sebuah karya yang membangkitkan suasana mencekam dan refleksi mendalam akan kehidupan dan kematian. Melalui bahasa yang kuat dan gambaran yang misterius, penyair berhasil menggambarkan perjuangan batin dan ketegangan dalam menghadapi eksistensi manusia. Puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan tentang arti hidup, keheningan, dan perjuangan melawan kegelapan, sambil tetap mempertahankan harapan akan kebangkitan dan kesinambungan kehidupan.

Husain Landitjing
Puisi: Malino dalam Senja
Karya: Husain Landitjing

Biodata Husain Landitjing:
  • Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.