Kesejukan Zikir
Menangisi Narkoba
Ada senyum putus asa dalam jaket lusuhnya
Ada tawa getir di antara nyanyian binatang malam
Ada tangis fatamorgana dalam lembar kertas-kertas kehidupannya
Yang hampir tinggal separuh waktu
Dalam hampa jiwanya, langkahnya bingung
Dalam mata yang sayu dan hati yang rindu
Sepenggal doa sempat tertinggal
Adakah Tuhan masih mau memaafkan
Dan memberi keampunan nashuha di atas sajadah tengah malam
Ada kepalsuan dalam tahajud zikir tasbihnya
Dalam kalbu kosongnya
Sempat tak ada kengerian
Yang sulit melupakan oleh rayuan laknat, kejam dan liciknya shabu-shabu, inec, ectasi dan lain sebagainya yang semakin memeluk tubuhnya
Ada harapan berserakan dalam kelembutan sejutanya lautan zikir puisi
Di antara kebimbangan merasuki
Dalam seragam beragam entah itu oknum pejabat, wakil rakyat (kantong jas safari), oknum aparat, bocah putih merah, bocah putih biru, bocah putih abu-abu, di antara pelosok fakultas
Dalam hingar-bingar dentuman nyanyian discotik
Ketika angin menyapu bilik hatinya
Senandung kematian berbisik
Dan di antara tangan izrail menjemput ada doa penyesalan membuncah sesakkan dada seakan tak mampu diserahkan kepada sujud
Meski semangat adalah perjuangan untuk kembali meniti hidup
Namun hanya mampu menangisi detik-detik hari sisa waktu istigfarnya
Dalam keranda gemetar sahdunya kesucian talqin
Yang terpatri menembus tadarus cerita hidup yang pendek
Kuala Tungkal, 20 Juni 2003
Analisis Puisi:
Puisi "Kesejukan Zikir Menangisi Narkoba" karya Ahmad Yani AZ merupakan penggambaran yang dalam dan mengharukan tentang penderitaan seseorang yang terjerat dalam lingkaran narkoba dan perjuangan batinnya dalam menghadapi konflik antara iman dan godaan yang membelitnya.
Ekspresi Kehidupan yang Penuh Derita: Penyair dengan penuh kepekaan menggambarkan kehidupan yang penuh derita dan penderitaan yang dialami oleh seseorang yang terjerat dalam perangkap narkoba. Dia mengungkapkan keputusasaan, kebingungan, dan kekosongan batin yang dirasakan oleh individu tersebut.
Konflik Batin dan Penyesalan: Puisi ini menggambarkan konflik batin yang dialami oleh individu tersebut antara keinginan untuk bertobat dan penyesalan atas perbuatannya dengan godaan narkoba yang terus menghantui. Penyair menyoroti kekosongan spiritual dan penyesalan yang mendalam atas kesalahan yang telah dilakukan.
Simbolisme dan Metafora: Penyair menggunakan simbolisme dan metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan moral dalam puisi ini. Misalnya, senyum putus asa, tawa getir, dan tangis fatamorgana menjadi lambang dari kehidupan yang penuh dengan kesedihan dan kekosongan.
Perlawanan terhadap Rayuan dan Godaan: Puisi ini juga mencerminkan semangat perlawanan terhadap godaan dan rayuan narkoba. Meskipun menghadapi tantangan yang besar, individu dalam puisi ini tetap berjuang untuk kembali kepada jalan yang benar dan menolak godaan yang menghancurkan.
Keharuan dan Keteguhan Iman: Meskipun penuh dengan kesedihan dan penyesalan, puisi ini juga mencerminkan keharuan dan keteguhan iman. Penyair menyoroti perjuangan batin individu tersebut untuk kembali kepada kebenaran dan memperbaiki diri meskipun dalam keadaan yang sulit.
Puisi "Kesejukan Zikir Menangisi Narkoba" menyajikan gambaran yang dalam dan mengharukan tentang penderitaan dan perjuangan batin seseorang yang terjerat dalam lingkaran narkoba. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba dan pentingnya memperjuangkan kebenaran dan keteguhan iman.
Puisi: Kesejukan Zikir Menangisi Narkoba
Karya: Ahmad Yani AZ
Biodata Ahmad Yani AZ:
Ahmad Yani AZ lahir di Kuala Tungkal (Bungsu dari 9 bersaudara, 11 Februari 1969. Sejak kelas 4 SD sudah mulai mencoba untuk terjun ke dunia kepenulisan dan sampai SLTA maupun saat melanjutkan studi pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta sampai sekarang ini. Yang pada waktu itu mengikuti test pada Universitas Jambi, IKIP Karang Malang dan Institut Seni Indonesia Jurusan Tari, justru lulus pada Akademi Komunikasi Jurnalistik Yogyakarta (tahun 1993).
Di samping menekuni dunia kepenulisan, juga sambil aktif mengisi waktu masuk di sanggar Natya Lakshita Yogyakarta pimpinan Didik Nini Thowok (3 bulan) dan LPK. Kepenyiaran Radio & TV (Jurusan Kepenulisan Naskah 1994).
Selesai di Akademi Komunikasi Yogyakarta dan kembali ke kampung halaman, kemudian menjadi Freelance Journalist (dan magang) di Harian Independent (yang sekarang Jambi Independent) kemudian aktif menulis di rubrik opini dan budaya di Pos Metro, Jambi Ekspres dan sempat menjadi Kabiro/Reporter Mingguan Jambi Post (1998-2000), Pimred Bulletin Poltik KIN RADIO (2004), kemudian diminta menjadi staf redaksi Mingguan Media Pos Medan (lebih kurang 1,5 tahun: 2002), Wakil Sekretaris Pincab. Pemuda Panca Marga (2001–2014), Bagian Seni Budaya/Pariwisata Pemuda Panca Marga Tanjab Barat 2014-2018 dan 2009-2012 Freelance Journalist: Harian Radar Tanjab, Pos Metro, Jambi Eks, Jambi Independent, Infojambi, Tipikor Meda, Harian Jambi, Tribun, Staf Disporabudpar Tanjab Barat (November 2014 sampai sekarang Wartawan/Pengasuh Rubrik Seni dan Sastra Harian Tungkal Post). Putra bungsu H. Ahmad Zaini (Tokoh Pejuang/Anggota Veteran, Anggota Laskar Hisbullah, Barisan Selempang Merah & Saksi/Pelaku Sejarah).