Jendela
sementara jendela terbuka
angin bergegas merendah
ketika laut lincah dari jauh mempesona
riang perahu mengikut gerak gelombang
selalu indah
untuk tetap dikenang
di negeri asing
sebelum engkau pulang
dan burung camar kembali ke sarang
Sumber: Basis (Mei, 1974)
Analisis Puisi:
Puisi "Jendela" karya Husain Landitjing adalah suatu lukisan indah yang menggambarkan momen keindahan dan kehangatan pagi melalui sudut pandang jendela. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana namun memikat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung dan menikmati keindahan alam.
Jendela sebagai Pengamat: Puisi dibuka dengan gambaran jendela yang terbuka, menghadirkan citra jendela sebagai pengamat kehidupan di luar. Jendela menjadi medium yang menyajikan pemandangan langit pagi dan keindahan alam.
Langit Pagi yang Memutih: Puisi menciptakan gambaran langit pagi yang memutih. Warna putih mencerminkan kebersihan, kedamaian, dan kesegaran. Penggunaan kata "memutih" juga memberikan nuansa kecerahan dan kesucian pada momen tersebut.
Angin yang Bergegas Merendah: Gambaran angin yang "bergegas merendah" memberikan kesan aktivitas yang berlangsung cepat dan dinamis. Angin merendah mungkin juga menciptakan sensasi segar dan menandakan perubahan suasana.
Laut yang Lincah dan Memikat: Puisi menyoroti kecantikan laut yang lincah dan mempesona dari kejauhan. Citra laut yang lincah menghadirkan kegembiraan dan ketenangan, sementara kata "mempesona" menekankan daya tarik alam yang memukau.
Perahu yang Riang Mengikuti Gelombang: Penggambaran perahu yang "riang mengikut gerak gelombang" membawa citra kebahagiaan dan keharmonisan. Perahu yang mengikuti gelombang menciptakan gambaran tentang kehidupan yang mengalir dengan alam dan mengikuti takdirnya.
Keindahan yang Selalu Indah untuk Dikenang: Puisi mengungkapkan bahwa keindahan pagi itu "selalu indah untuk tetap dikenang." Ungkapan ini menekankan nilai sentimental dan keindahan yang dapat meninggalkan jejak berharga dalam ingatan.
Negeri Asing Sebelum Engkau Pulang: Ada nuansa nostalgia dalam ungkapan "di negeri asing sebelum engkau pulang." Ini mungkin merujuk pada perasaan rindu atau kerinduan terhadap tanah air atau tempat asal, menambah dimensi emosional dalam puisi.
Burung Camar yang Kembali ke Sarang: Puisi diakhiri dengan gambaran burung camar yang kembali ke sarang. Ini menciptakan citra kembali ke tempat yang akrab dan merindukan, serta menutup puisi dengan rasa kenyamanan dan kehangatan.
Puisi "Jendela" karya Husain Landitjing berhasil menciptakan sebuah potret indah tentang kehidupan pagi melalui jendela. Dengan penggunaan kata-kata yang sederhana namun kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan alam dan menikmati momen kehidupan yang singkat namun berharga.
Karya: Husain Landitjing
Biodata Husain Landitjing:
- Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.