Puisi: Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku (Karya Husain Landitjing)

Puisi "Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku" karya Husain Landitjing mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan bagaimana ....
Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku

jangan palingkan mukamu dari api itu, adikku
kapan sengsara melibatkan dirimu ke dalam
justru apa yang mesti kau terima
adalah amanat kehidupan insani
demikianlah hidup ini, adikku
terlalu jauh bagi rasa kepuasan
justru apa yang mesti kau terima
terimalah dengan rela
akhirnya pun engkau akan mengerti dengan baik
nikmat caya dalam malam luka
dengan kesabaran,
ketika bumi berpeluh
ketika angin datang menawarkan sebuah bisik;
dalam keletihan!
maka jangan palingkan mukamu dari api itu, adik
percaya dalam kepanaan, dengan
pertemuan kekal
serta kekuatan dalam keyakinan — lebih
perkasa dan indah

Sumber: Horison (Oktober, 1968)

Analisis Puisi:

Puisi "Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku" karya Husain Landitjing adalah sebuah karya yang penuh dengan pesan moral dan filosofis tentang kehidupan, penderitaan, dan keteguhan hati. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan bagaimana menghadapi cobaan dengan bijaksana.

Penderitaan sebagai Bagian Hidup

Puisi ini mengawali dengan perintah yang tegas: "jangan palingkan mukamu dari api itu, adikku." Api di sini dapat dimaknai sebagai metafora dari penderitaan atau tantangan yang dihadapi dalam hidup. Penulis menasihati agar kita tidak menghindari atau menolak penderitaan, karena itu adalah bagian tak terhindarkan dari pengalaman manusia. Sebaliknya, penulis menekankan pentingnya menerima penderitaan sebagai "amanat kehidupan insani."

Keteguhan Hati dan Kepuasan

Meskipun hidup sering kali penuh dengan penderitaan, penulis menegaskan bahwa kepuasan yang sejati tidak selalu dapat ditemukan dalam kesenangan atau kemudahan. Terkadang, kepuasan sejati hanya dapat ditemukan melalui penerimaan terhadap cobaan dan kesabaran dalam menghadapinya. Penulis menekankan bahwa kepuasan semacam itu terlalu jauh bagi rasa manusia yang terbatas.

Keyakinan dan Kekuatan

Puisi ini menawarkan pandangan bahwa kekuatan sejati terletak dalam keyakinan dan keteguhan hati. Meskipun penderitaan mungkin terasa menyakitkan dan sulit, penulis mengajak pembaca untuk mempercayai bahwa melalui kesabaran dan keyakinan, kita akan mengerti makna sejati dari nikmat kehidupan.

Pesan Moral dan Filosofis

Secara keseluruhan, puisi ini menyampaikan pesan moral dan filosofis tentang pentingnya menghadapi penderitaan dengan keteguhan hati dan keyakinan. Penulis mengingatkan kita bahwa penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup, dan bahwa melalui penerimaan dan kesabaran, kita dapat menemukan kekuatan dan kepuasan yang sejati. Oleh karena itu, pesan "jangan palingkan mukamu dari api itu, adikku" menjadi sebuah panggilan untuk menjalani hidup dengan bijaksana dan penuh dengan keteguhan hati.

Husain Landitjing
Puisi: Jangan Palingkan Mukamu dari Api Itu, Adikku
Karya: Husain Landitjing

Biodata Husain Landitjing:
  • Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.