Hujan Akhir Tahun
menjelang ulangtahun yung
Hujan akhir tahun yang tipis
bagai layar sutera yang diturunkan
Lewat jendela kita memandangnya
tertegun menyaksikan kehilangan-kehilangan
selama ini. Angin yang menyertainya
bagai epilog yang khidmat diucapkan
Lewat celah dinding kita merasakannya
gemetar menghadapi perhitungan-perhitungan
Terasa rakhmat jualah yang disebarkan
Butir-butir kesegaran bibit segala peristiwa
dan nasib. Terasa juga kesejukan
Air yang menetes bagai airmata seorang ibu
yang melambai-lambaikan saputangannya. Tuhan
tengah memandikan Yogyakarta kita
dengan hujan yang lembut
yang ditebarkan langit pualam yang mewah
Bersyukurlah!
Berjatuhan serupa jarum-jarum cinta yang alit
menusuki dada bumi. Bocah-bocah merasa geli
maka mereka berteriak-teriak kesenangan
Sedang daun-daun pun segera saja melepaskan
debu-debunya
Hujan kali ini bagai kata-kata percintaan
yang mesra diucapkan Tuhan
dalam amanat akhir tahun
dan kita khusyuk menunduk mendengarkannya
Lewat jendela terbuka
tampak burung-burung pun tengah mencuci bulu-bulunya
Hujan turun perlahan-lahan dan sangat hati-hati
menyirami bumi ini, hati ini
Bagai kata-kata perpisahan dari seorang sahabat
yang sedih
dalam suatu upacara penguburan.
10 Desember 1965
Sumber: Horison (Agustus, 1968)
Analisis Puisi:
Puisi "Hujan Akhir Tahun" karya Arifin C. Noer adalah karya yang memancarkan keindahan alam melalui bahasa yang indah dan mendalam.
Gaya Bahasa yang Imajinatif: Puisi ini menggunakan bahasa yang kaya akan gambaran imajinatif. Penyair menggambarkan hujan akhir tahun sebagai "layar sutera yang diturunkan," menciptakan citra visual yang indah. Gaya bahasa ini membantu pembaca merasakan kelembutan hujan dan memahami makna lebih dalam di balik kata-kata.
Personifikasi Alam: Alam dipersonifikasikan dengan angin yang menjadi epilog, langit pualam yang mewah, dan hujan yang seperti kata-kata percintaan Tuhan. Personifikasi ini memberikan elemen manusiawi pada unsur-unsur alam, menciptakan kedekatan emosional antara pembaca dan alam.
Simbolisme Air: Air hujan disimbolkan sebagai rakhmat yang menyebarkan kesegaran dan memberikan hidup pada bibit segala peristiwa dan nasib. Simbolisme air juga muncul dalam air mata seorang ibu yang melambai-lambaikan saputangannya. Air hujan tidak hanya sebagai elemen fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual dan emosional.
Rasa Syukur dan Kehidupan Kota: Penyair menunjukkan rasa syukur atas turunnya hujan dengan kata-kata "Bersyukurlah!" dan menciptakan gambaran tentang kota Yogyakarta yang tengah dimandikan oleh hujan lembut. Ini menciptakan kontras antara kesibukan kota dan momen ketenangan yang disuguhkan oleh hujan.
Perpaduan Alam dan Manusia: Puisi ini menggambarkan hubungan yang erat antara alam dan manusia. Burung-burung yang mencuci bulu-bulunya dan anak-anak yang merasa geli menyambut hujan memberikan gambaran harmonis tentang perpaduan alam dan manusia.
Kata-Kata Percintaan Tuhan: Hujan diibaratkan sebagai kata-kata percintaan Tuhan dalam amanat akhir tahun. Hal ini menunjukkan kehadiran Tuhan dalam setiap rintihan alam dan menyampaikan pesan cinta melalui keindahan hujan.
Perasaan Sedih dan Upacara Penguburan: Hujan yang turun seperti kata-kata perpisahan dari seorang sahabat yang sedih memberikan nuansa keharuan dan kemelankolian. Analogi dengan upacara penguburan menegaskan perasaan sedih dan perpisahan yang terasa dalam hujan.
Puisi "Hujan Akhir Tahun" menghadirkan gambaran indah dan mendalam tentang keindahan alam, rasa syukur, dan hubungan antara manusia dan alam. Dengan gaya bahasa yang indah dan simbolisme yang kuat, Arifin C. Noer berhasil menciptakan sebuah karya yang merangkul perasaan pembaca dan menyampaikan pesan keindahan alam yang mendalam.
Karya: Arifin C. Noer
Biodata Arifin C. Noer:
- Arifin C. Noer (nama lengkapnya adalah Arifin Chairin Noer) lahir pada tanggal 10 Maret 1941 di kota Cirebon, Jawa Barat.
- Arifin C. Noer meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta.
- Arifin C. Noer adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.