Puisi: Doa dalam Tahanan (Karya Husain Landitjing)

Puisi: Doa dalam Tahanan Karya: Husain Landitjing
Doa dalam Tahanan


kita sekarang memang tahanan yang sedang gelisah menanti
saat-saat terbaik melepas diri dari jaring kerajaan sepi
sudah sekian lama waktu,
cuma kerlingan dari gairah hidup yang mati
dan hasilnya telah mempesona hayal jauh melewati mimpi
sedang kebebasan murni luput dari tujuan sejati
ketika gemuruh dunia semakin menjadi-jadi
semakin gawat dan menyilau matahari
sampai angin pun menolak membawa suara sanubari
lewat pohon-pohon sunyi di malam hari
sedang sahabat banyak yang sedang gelisah menanti
tak tahu lagi arah mana pintu yang terakhir sekali
mesti ditempuh dengan berani; —
tetapi justru karena suasana begini,
semakin bernafsu lagi kita bertarung dengan sepenuh hati
menghitung-hitung segala bencana: gerak-gerak kejatuhan dalam sunyi
menafsir makna bunyi cecak penghabisan kali
suara-suara jengkrik yang ganjil; pekik burung hantu di ranting jati
isyarat di tikungan kelam seketika bertemu kembali
serta kemungkinan bila pengawal diganti
barangkali satu kompi polisi,
yang lengkap dengan senjata api
debaran hati dalam kita tari, dan cara terbaik buat berkelahi
dalam siang dan malam tambah semalam lagi
dan ingat sekali lagi,
di sini,
perjuangan dalam hidup ini, di tempat semacam ini,
bukan cuma kebetulan untuk nekad dalam mati
merebut kemerdekaan, kebebasan sejati yang abadi
sebab, kita sejak dulu dalam abad demi abad
memang tahanan yang sedang gelisah menanti:
Bukankah kau sendiri telah mengatakan dengan pasti
bahwa maut bengis acapkali di ketiak bersembunyi?
tidakkah siang tadi kau melambai dalam sunyi
akan bahagia yang nikmat atas budi luhur?
tidakkah hidup adalah suatu takdir yang tak lagi bisa dimungkiri
seperti semacam daun-daun gugur dan tumbuh kembali
di bekas mana tahun demi tahun musim datang dan pergi?
dan setiap musim resah sempat pergi lagi
jendela para tahanan semakin kecil tapi berarti sekali
bagi lalu lintas kemauan Besar yang tumbuh bersama bumi sendiri
tumbuh dan meninggi melingkar hari
bagai bara api,
dalam sunyi?
abad-abad terus berlalu; laut masa depan menderu menggila
di hari-hari resah segalanya menanti, Tuhan, menanti
saat-saat pembebasan yang pertama dan nikmat
bagi keselarasan antara hati dan pikiran
ketika gemuruh dunia makin mencengkeram
dimana maut diam-diam
merangkak-rangkak dari tempat ke suatu tempat, mencari
sasaran di antara kita yang terbaring letih
dan tidak lagikah kita
bertemu kembali di tempat ini, Tuhan
dalam waktu-waktu yang begitu sarat dipenuhi keluh?
lalu tiba-tiba dan perlahan bumi memutih
dan kita pun menyerah,
mati, —


Sumber: Horison (Maret, 1970)


Husain Landitjing
Puisi: Doa dalam Tahanan
Karya: Husain Landitjing

Biodata Husain Landitjing:
  • Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.