Datang, Datanglah Ia
tiap dada telah jadi abu dalam reruntuhan
kapan dianggapnya peperangan satu kemegahan
dendam kesumat antara qabilah dengan qabilah
senantiasa semayam dalam darah umat jahiliyah
angkuh para lelaki, hingga bulan enggan bercahya
pedang dan kelewang adalah selimut dalam tidurnya
hidup-hidup mereka kubur anak perempuan
mereka hiasi ruang hidup ini dengan pertaruhan
mendengung semboyan hidup hanya sekali ini
dari lembah paling dalam hingga gunung paling tinggi
o, betapa keruh negeri dimana hidup hina menghina
betapa keruh negeri dimana ia menjamah dunia
demi lata dan uzza, beginilah mereka bersumpah
karena kepadanyalah mereka menjulangkan puji dan sembah
sebelum memacu kuda berangkat ke medan pertempuran
sebelum berangkat ke pasar jual beli barang dagangan
o, betapa hitam malam yang menghampar depan mereka
o, mereka sendiri yang membikin bulan enggan bercahya
***
jauh di guba hira dimana ia menyendiri
meninggalkan anak isteri kesayangan hati
dalam tidur pepohon kurma dan tenang alam semesta
datanglah ruhul-amin dengan perintah membaca
terengah ia, karena ruhul-amin mendekap sangat kuatnya
aku tidak bisa membaca, jawaban yang diberikannya
gelap gulita hira dimana ia mengasingkan diri
meninggalkan tikaman kota dan angkuh lelaki
dalam tidur pepohon kurma dan tenang alam semesta
datanglah ruhul-amin dengan perintah membaca
terengah ia, karena ruhul-amin mendekap sangat kuatnya
aku tidak bisa membaca, jawaban yang diberikannya
sunyi senyap hira dimana ia bersamadi
mencari arti hakiki tentang hidup dan mati
dalam tidur pepohon kurma dan tenang alam semesta
datanglah ruhul-amin dengan perintah membaca
terengah ia, karena ruhul-amin mendekap sangat kuatnya
aku tidak bisa membaca, jawaban yang diberikannya
bacalah atas nama Tuhanmu yang menjadikan
yang menjadikan manusia dari segumpal darah
bacalah atas nama Tuhanmu yang maha murah
yang mengajar manusia menulis dan membaca
yang mengajarkan berbagai ilmu pada manusia
ruhul-amin membacakan lima ayat dari Tuhan
***
bergegas ia pulang, seluruh tubuh gemetaran
bergegas ia pulang, seluruh tubuh gemetaran
diketuknya pintu yang tertutup dan khadijah isteri setia
menyongsong dengan ramah laki-laki junjungannya
diselimutinya tubuhnya demi dilihatnya menggigil kedinginan
dibesarkannya hatinya demi disaksikannya gemetar ketakutan
wahai anak pamanku, apakah gerangan sudah dialami
dibawanya suaminya menghadap waraqah nasrani sejati
demi Tuhan yang jiwaku di tangan-Nya, itulah namus
yang pernah datang pada nabi musa ketika bertahannus
o Engkau pesuruh Tuhan yang terakhir di dunia ini
tabahkanlah hatimu bagaimanapun juga besar reaksi
datang, datanglah membagikan hak-hak asasi
datang, datanglah ia membawa ukuran budi pekerti
karena tahu fajar kan mengembang di seberang kelam
diserunyalah umat jahiliyah dan manusia seluruh alam
mengabdi Yang Maha Esa, pelabuhan terbesar di sepanjang masa
o, salam baginya yang telah menyatukan qabilah-qabilah di bawah satu bendera
Sumber: Horison (April, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Datang, Datanglah Ia" karya Daelan Muhammad merangkum perjalanan spiritual Nabi Muhammad dan peristiwa wahyu pertamanya di Gua Hira. Puisi ini menghadirkan berbagai lapisan emosi, konflik, dan keberanian yang dialami oleh Nabi dalam menjalani panggilan ilahi.
Perjalanan Spiritual Nabi Muhammad: Puisi ini memperlihatkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad yang terjadi di Gua Hira. Dalam keheningan dan kesendirian gua, Nabi Muhammad merenungkan makna hidup dan pencarian akan kebenaran. Proses ini mencerminkan ketabahan dan dedikasi yang diperlukan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan Tuhan.
Konflik Internal dan Eksternal: Pada awal puisi, tergambar konflik internal yang dialami oleh Nabi Muhammad. Dia merasa terhimpit oleh kekerasan dan ketidakadilan yang menjadi bagian dari masyarakatnya. Konflik eksternal juga muncul dalam perjuangan antara kebenaran dan ketidakbenaran, antara nilai-nilai Islam dan kebiasaan jahiliyah yang ada pada zamannya.
Panggilan Ilahi dan Wahyu Pertama: Puisi ini menyoroti momen penting ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya dari Malaikat Jibril di Gua Hira. Dalam keheningan dan kegelapan gua, Nabi Muhammad diguncang oleh pengalaman yang luar biasa dan memahami panggilan ilahi yang diberikan kepadanya.
Kebesaran dan Kehormatan Nabi Muhammad: Puisi ini menekankan kebesaran dan kehormatan Nabi Muhammad sebagai pembawa wahyu terakhir dan pemimpin umat manusia. Meskipun dia merasa gemetar dan takut, Nabi Muhammad dihibur oleh Khadijah, istrinya yang setia, dan menemukan kekuatan dalam iman dan panggilannya.
Pesannya untuk Umat Manusia: Puisi ini juga mengajak umat manusia untuk memahami pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Panggilan untuk menghormati hak-hak asasi, membawa ukuran budi pekerti, dan mengabdi kepada Yang Maha Esa merupakan inti ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad.
Dengan demikian, puisi "Datang, Datanglah Ia" adalah sebuah puisi yang memperingati peristiwa penting dalam sejarah Islam dan menggambarkan perjalanan spiritual dan penerimaan wahyu oleh Nabi Muhammad. Dengan bahasa yang puitis dan mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan pesan yang terkandung dalam peristiwa penting ini, serta menghargai kebesaran dan kehormatan Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir Allah SWT.
Biodata Daelan Muhammad:
- Daelan Muhammad lahir pada tahun 1942 di Jambangan, sebuah desa dalam Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen.