Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Belerang Biru (Karya Husain Landitjing)

Puisi "Belerang Biru" karya Husain Landitjing menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu yang merindukan kebebasan, ...
Belerang Biru (1)

ia sangat rindu untuk sampai lekas ke rumahnya
lantaran janji serta suatu kehendak besar
betapapun beratnya mengatasi akan sebuah makna yang luhur
dalam pergulatan hidup dan kehidupan
rasanya tak perlu meminta bantuan, kecuali
diri sendiri;
kota-kota jadi demikian gawat dan berbahaya
ketika pada malam-malam dalam hujan
ketika dosa dan kutuk makin merajalela
sedang ia ingin untuk sampai lekas ke rumahnya
sayang bila waktu tak memberi keluasan
buat mendapatkan nilai yang menjadi haknya

Belerang Biru (2)

apa lagikah makna hidup tanpa kepercayaan dan kesetiaan
menuntut hak dan kemerdekaan serta suara sanubari
antara kawan dan lawan,
antara kristal puisi yang muram
di bumi resah;
dan ia yang sangat rindu untuk sampai lekas ke rumahnya
telah dikepung penyakit dunia
dan menghalau kasih dan cinta
sementara orang-orang pun saling memalingkan muka
takut kehilangan bahagia sendiri;
lantaran kehidupan maka waktu tinggal membisu
usia makin aus dalam memburu impian
makin diburu makin jauh harapan
sedang suatu kehendak besar
dipendam dalam sunyi;

Belerang Biru (3)

apa boleh buat ia harus pulang kembali
menyalakan api dan hakekat hidup yang kekal
betapapun jauhnya jalan yang 'kan ditempuh
ketika malam-malam dalam hujan badai
dengan pas jalan dari cinta
dengan jas hujan yang compang-camping
ia wajib menunaikan ini
dan sampai berapa lama,
ia belum berani mengucapkannya sekarang

Sumber: Horison (Maret, 1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Belerang Biru" karya Husain Landitjing menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu yang merindukan kebebasan, kehidupan yang bermakna, dan harapan untuk kembali ke akar-akarnya. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang mendalam, Landitjing membawa pembaca dalam perjalanan yang penuh dengan tantangan dan pertanyaan tentang kehidupan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing membangun tema tentang kerinduan, perjuangan, dan harapan.
  • Belerang Biru (Bagian 1): Puisi dimulai dengan penggambaran kerinduan yang mendalam untuk kembali ke rumah. Landitjing menggunakan bahasa yang dramatis dan menggambarkan suasana kota yang gawat dan berbahaya pada malam hari. Di tengah tantangan hidup yang berat, penyair merasa bahwa ia harus mengandalkan diri sendiri untuk mengatasi segala rintangan.
  • Belerang Biru (Bagian 2): Bagian kedua mempertegas tema tentang makna hidup, kepercayaan, dan kesetiaan. Penyair merenungkan tentang perlunya menuntut hak dan kebebasan, sambil menghadapi penyakit dunia dan kehilangan kasih. Suasana makin gelap dengan gambaran orang-orang yang saling memalingkan muka, mencerminkan kehidupan yang keras dan takut kehilangan kebahagiaan.
  • Belerang Biru (Bagian 3): Bagian terakhir menyoroti kembali kerinduan penyair untuk pulang ke rumah, meskipun perjalanan menuju ke sana jauh dan penuh dengan tantangan. Penyair merasa kewajiban untuk menyalakan kembali api kehidupan yang kekal, meskipun dalam keadaan yang sulit dan hujan badai yang mengguyur.

Tema dan Makna

  • Kerinduan akan Rumah: Puisi ini mengeksplorasi tema kerinduan mendalam untuk kembali ke rumah, baik secara fisik maupun spiritual. Rumah di sini tidak hanya berarti tempat fisik, tetapi juga mencerminkan keadaan emosional dan spiritual yang diinginkan penyair.
  • Pertempuran Hidup: Penyair menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupan, seperti penyakit, kehilangan cinta, dan ketidakpastian masa depan. Penggunaan imaji tentang malam dalam hujan badai menggambarkan keadaan yang keras dan sulit.
  • Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini juga mengangkat pertanyaan tentang makna hidup, kepercayaan, dan kebebasan. Penyair merenungkan betapa sulitnya menemukan makna yang luhur dalam pergulatan hidup yang keras.

Gaya dan Teknik

  • Imaji: Landitjing menggunakan imaji yang kuat, seperti kota yang gawat pada malam hari, jalan yang compang-camping dalam hujan badai, dan api kehidupan yang harus dinyalakan kembali. Ini menciptakan gambaran yang kuat dan memperdalam suasana puisi.
  • Persona: Penyair mencerminkan perjuangan batin dan keputusasaan, namun juga menunjukkan semangat untuk bertahan dan melawan tantangan hidup. Ini memperkuat tema tentang perjuangan dan keteguhan hati.
Puisi "Belerang Biru" karya Husain Landitjing adalah sebuah karya yang membangkitkan suasana yang gelap, penuh dengan refleksi mendalam akan kehidupan, kerinduan akan kebebasan, dan perjuangan untuk menemukan makna hidup yang bermakna. Melalui bahasa yang intens dan imaji yang kuat, Landitjing mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti hidup, keteguhan hati dalam menghadapi cobaan, dan harapan untuk kembali kepada akar-akarnya. Puisi ini menantang kita untuk menemukan kekuatan dalam diri sendiri dan untuk terus bertarung meskipun dalam kondisi yang sulit.

Husain Landitjing
Puisi: Belerang Biru
Karya: Husain Landitjing

Biodata Husain Landitjing:
  • Husain Landitjing lahir pada tanggal 23 September 1938 di Makale, Dati II Tana Toraja, Sulawesi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.