Puisi: Tubuhku (Karya Melki Deni)

Puisi: Tubuhku Karya: Melki Deni
Tubuhku


Lihat tubuhku penuh dengan miniatur

Ada yang seperti apartemen, hotel, kampus, perpustakaan, terminal,  bandar, bandara, restoran, kafe, dan rumah ibadat. Tetapi ada juga rumah bordil, yang seringkali beradu mulut dengan rumah ibadat.

Setiap hari mereka bertengkar merebut tubuhku. Mereka membawa aku ke sana kemari, dan aku pun tak bertanya untuk apa. Seketika itu cahaya pun tenggelam dalam doa.

Ketika aku melukai tubuhku, kuteringat mereka yang berada di panti asuhan itu, tidak pernah meratapi tubuhnya yang menyebabkan mereka tidak berharga di mata uang, mata duitan, mata keranjang, dan mata-mata. Tubuh yang cacat tidak pernah membenci Tuhan sejak awal.


Analisis Puisi:
Puisi adalah bentuk seni yang memungkinkan penyair untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan pengalaman mereka dengan bahasa yang indah dan metaforis. Puisi "Tubuhku" karya Melki Deni adalah contoh puisi yang menggambarkan kehadiran dan pertempuran tubuh manusia.

Tubuh Sebagai Simbol Miniatur: Puisi ini menggambarkan tubuh manusia sebagai miniatur yang berisi berbagai bentuk dan fungsi seperti apartemen, hotel, kampus, perpustakaan, terminal, bandar, bandara, restoran, kafe, dan rumah ibadat. Miniatur tersebut mencerminkan peran dan pengaruh yang dimiliki oleh berbagai aspek kehidupan dalam tubuh manusia. Namun, di antara miniatur-miniatur yang berharga, terdapat juga "rumah bordil" yang bertentangan dengan rumah ibadat, mencerminkan pertentangan dan pertempuran yang ada dalam tubuh manusia.

Pertempuran di Dalam Tubuh: Puisi ini menggambarkan pertempuran yang terjadi di dalam tubuh. Setiap hari, berbagai aspek kehidupan berperang untuk mendominasi dan mengklaim tubuh. Tubuh menjadi objek yang diperlakukan tanpa pertanyaan atau pilihan, dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Namun, ketika tubuh itu melukai dirinya sendiri, penyair merenungkan mereka yang berada di panti asuhan yang tidak pernah meratapi tubuh mereka yang cacat. Mereka tidak memandang nilai atau kepentingan materi, tetapi tetap memiliki keyakinan dan hubungan dengan Tuhan.

Refleksi tentang Harga Diri dan Kebermaknaan: Puisi ini juga mengajak kita untuk merenungkan tentang harga diri dan kebermaknaan dalam konteks tubuh. Penyair menyadarkan kita akan kenyataan bahwa tubuh yang cacat tidak pernah membenci Tuhan sejak awal, menjelaskan bahwa nilai seseorang tidak terletak pada kesempurnaan fisik. Hal ini mengajak kita untuk melihat tubuh dengan lebih luas, menghargai nilai-nilai yang lebih dalam dan abadi yang dimiliki oleh setiap individu, terlepas dari penilaian eksternal atau bentuk fisiknya.

Puisi "Tubuhku" karya Melki Deni memberikan gambaran tentang kehadiran dan pertempuran yang ada dalam tubuh manusia. Melalui penggunaan simbol miniatur dan metafora, puisi ini membangkitkan pemikiran tentang kompleksitas tubuh dan peran yang dimainkan oleh berbagai aspek kehidupan di dalamnya. Puisi ini juga merangsang refleksi tentang harga diri, kebermaknaan, dan nilai-nilai yang lebih dalam dalam konteks tubuh manusia. Dalam kesederhanaannya, puisi ini menyampaikan pesan yang kuat tentang menghargai keberadaan dan keunikan setiap individu, serta pentingnya melihat nilai-nilai yang lebih abadi daripada penilaian fisik semata.

Puisi Melki Deni
Puisi: Tubuhku
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Aktif menulis puisi sejak sekolah menengah pertama.
  • Buku Puisi Pertama berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik! (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ini Mati Takut Cinta: TelmaKoisineKau tak perlu menangis,kalau aku pergi lebih dahulu ke Negeri Seberang,tetapi menangislah mengapa kita tak bersama-sama ke Sana.Kan kukirimkan sep…
  • Memperanakkan Boneka (1)Saya duduk di depan layar televisi. Menyaksikan artis memperanakkan boneka. Boneka itu lahir dari sumur kepalanya, yang airnya keruh. Lumut-lumut menempel p…
  • MatiSementara Tuhan bersembunyi dari Sepi,dan kita tak bosan-bosannya menantisampai mati menjemput kita kembali ke Kesepian AsaliAda yang berbisik dari seberang: akan ada lagi yang…
  • Bagaimana Sepi Membunuh?Ketika Waktu belum tiba di bumi,Tuhan menciptakan semuanya dari Sepi.Setelah itu, ada yang bilang, Tuhan menyepi dari Sepi bumi.Tuhan datang lagi ketika man…
  • Gerbang KampusKita saksikan tukang ojek, penjual penganan, pengemis,dan pemulung di depan gerbang kampus.Kita pun paham gerbang kampus adalah batas antara langit birudan tanah keri…
  • Riwayat SepiPada Mulanya Tuhan menciptakan Semua Sepi dari Sepi.Adam diciptakan karena Alam Semesta, dan binatang-binatang Sepi.Hawa dilukis dari Tulang Rusuk Adam karena Adam Sepi…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.