Puisi: Terkapar Diserbu Angin (Karya Melki Deni)

Puisi "Terkapar Diserbu Angin" karya Melki Deni menggambarkan pengalaman di dalam ruang kelas yang penuh dengan perjuangan dan konflik internal.
Terkapar Diserbu Angin

Angin dingin berbisik kepada kita
yang duduk dekat jendela ruang kelas ini.

Angin ingin menguji keseriusan 
dan komitmen kita pada masa depan
yang tidak berujung itu.

Pada saat itu buku-buku di depan mata
tak henti-hentinya menggoda kita,
tapi kita telanjur akut pada perpustakaan imajinasi kita,
yang tidak pernah ada itu. Seketika kita mendewakannya,
dosen pun berjalan sendiri di depan.

Seperti pentas drama,
dosen bermain monolog, autokritik, dan solilokui.
Ia cengar-cengir sendiri, dan tertawa kecil-kecil.

Angin itu meninabobokan kita,
meskipun kita bertengkar dengannya berkali-kali.

Ketika kita terkapar diserbu angin dingin,
kita pun turun satu per satu pada tangga tidur,
terlelap dalam kekalahan.

Seketika itu pun angin keluar dari kita.

Ledalero,16/02/2022

Analisis Puisi:

Puisi "Terkapar Diserbu Angin" karya Melki Deni adalah sebuah karya yang menggambarkan pengalaman di dalam ruang kelas yang penuh dengan perjuangan dan konflik internal.

Konflik Manusia dengan Lingkungan: Puisi ini menggambarkan konflik antara manusia dengan alam, yang direpresentasikan oleh angin dingin. Angin dingin menjadi metafora bagi tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam perjalanan hidup.

Tantangan dalam Pendidikan: Penyair menggambarkan suasana di dalam ruang kelas sebagai arena di mana mahasiswa dihadapkan pada tantangan untuk tetap fokus pada pembelajaran meskipun ada godaan-godaan eksternal yang mengganggu.

Perjuangan Melawan Distractions: Penyair menyoroti betapa sulitnya untuk tetap fokus pada pelajaran ketika imajinasi kita membawa kita jauh ke dalam dunia lain yang penuh dengan buku-buku dan ide-ide yang menggiurkan.

Penolakan terhadap Realitas: Penyair mengeksplorasi tema penolakan terhadap realitas ketika mahasiswa lebih memilih melarikan diri ke dalam dunia imajinasi daripada menghadapi kenyataan yang sulit dihadapi.

Akhir yang Membumi: Meskipun terjadi perlawanan terhadap angin dingin, pada akhirnya, mahasiswa merasa terkapar dan terpaksa menyerah kepada kelelahan dan kekalahan.

Simbolisme Angin: Angin dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol perubahan, tantangan, atau bahkan sebagai perwakilan dari suara batin yang terus menggoda dan menggangu.

Puisi "Terkapar Diserbu Angin" adalah sebuah refleksi yang dalam tentang perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan hidup, terutama di dalam lingkungan pendidikan. Melalui gambaran metaforis yang kuat dan bahasa yang kaya, penyair berhasil menangkap esensi dari konflik internal yang dialami oleh banyak individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Puisi Melki Deni
Puisi: Terkapar Diserbu Angin
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.