Puisi: Syair Tanah Pecah (Karya W.S. Rendra)

Melalui puisi "Syair Tanah Pecah," W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan dampak destruktif tindakan manusia terhadap alam dan menyoroti ...
Syair Teratai
Syair Tanah Pecah

Sinar kencana
di antara pohon-pohon
di dalam desa..............
tidak diindahkan
Di dekat rumpun pandan
terdengar bisikan bumi
....................................
Pangeran dan macan
Berperang karena hayalan
tega merusak candi,
bukit dan hutan.
Kenyataan yang sederhana
justru ditinggalkan.
Kekuatan yang deksura
tustru tanpa wibawa,
tanpa kecintaan,
sukar diajak bicara,
................. jumawa
Angin tidak bertiup
tanah tegang
dibakar kemarau
pecah-pecah.
Tenaga hidup
diseret tenaga mati.

Sumber: Sinar Harapan (19 April 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Syair Tanah Pecah" karya W.S. Rendra menggambarkan keadaan alam dan sosial yang terkoyak-koyak oleh tangan manusia. Dalam puisi ini, terdapat berbagai elemen yang perlu dianalisis untuk memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.

Gambaran Alam yang Tergesa-Gesa: Penggunaan gambaran alam, seperti "sinar kencana di antara pohon-pohon" dan "bisikan bumi," menciptakan atmosfer yang menggambarkan keindahan dan ketenangan alam. Namun, keindahan itu tidak dihargai dan diindahkan oleh manusia, yang tampaknya lebih fokus pada pertempuran dan kekuasaan.

Perang dan Kerusakan Lingkungan: Pangeran dan macan yang berperang karena hayalan menciptakan citra konflik yang sia-sia. Pertempuran tersebut tidak hanya mencakup kerusakan fisik seperti merusak candi, bukit, dan hutan, tetapi juga merusak hubungan alam dan manusia. Keindahan dan kenyataan yang sederhana ditinggalkan, dan kekuatan destruktif "tanpa wibawa" dan "tanpa kecintaan" mendominasi.

Kritik terhadap Manusia dan Kekuasaan: Puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap perilaku manusia yang rakus akan kekuasaan dan melupakan nilai-nilai alam dan lingkungan. Penyair menyuarakan ketidakpuasan terhadap sikap jumawa yang merusak harmoni antara manusia dan alam.

Kehancuran Alam dan Keseimbangan Hidup: Menggambarkan tanah yang "pecah-pecah" dan tanah yang "tegang," penyair menyoroti destruksi alam dan ketidakseimbangan hidup. Kemarau yang membakar tanah dan merusak kehidupan menunjukkan konsekuensi dari tindakan manusia yang tidak bijak terhadap lingkungan.

Pertentangan Antara Hidup dan Mati: "Tenaga hidup diseret tenaga mati" menciptakan kontras antara kehidupan dan kematian. Kemarau dan kehancuran alam membawa konsekuensi langsung terhadap kehidupan, dan penyair menekankan perasaan putus asa dan ketidakberdayaan dalam menghadapi kerusakan yang terus berlanjut.

Penolakan terhadap Sikap Acuh Tak Acuh: Puisi ini dapat dianggap sebagai panggilan untuk meningkatkan kesadaran akan kerusakan lingkungan dan menolak sikap acuh tak acuh terhadap alam. Penyair mendorong untuk membuka mata terhadap kenyataan dan menanggapi perubahan yang sedang terjadi.

Melalui puisi "Syair Tanah Pecah," W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan dampak destruktif tindakan manusia terhadap alam dan menyoroti perlunya kembali kepada nilai-nilai yang lebih baik untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan lingkungan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Syair Tanah Pecah
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.