Puisi: Syair Es (Karya W.S. Rendra)

Melalui puisi "Syair Es," W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta pengaruh alam terhadap pengalaman ...
Syair Teratai
Syair Es

Memasuki malam gelap gulita,
luput dari cahaya surya
dengan segenap pantulan
dan tenaganya.
Gelap gulita.
....................
Kabut menjadi kulitku,
Salju menjadi dagingku.
Sumsumku mengalami perobahan.
Bola keenam alam semesta
aku telan ke gua purba.
Hawa dingin menyalur
Ke kaki dan tangan
Yang terlanda akan beku.

Sumber: Sinar Harapan (19 April 1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Syair Es" karya W.S. Rendra adalah perwujudan imajinatif dari pengalaman manusia yang terpapar pada elemen alam, khususnya es dan dinginnya.

Gelap Gulita dan Isolasi: Puisi ini dimulai dengan gambaran gelap gulita, menciptakan atmosfer keheningan dan isolasi. Gelapnya malam menjadi latar belakang untuk pengalaman yang mendalam dan misterius yang akan dijelaskan oleh penyair.

Transformasi dengan Alam: Penyair menggambarkan dirinya sebagai bagian dari alam, di mana kabut menjadi kulitnya dan salju menjadi dagingnya. Ini menciptakan citra yang kuat tentang kesatuan antara manusia dan alam, di mana manusia mengalami transformasi fisik dan spiritual yang mendalam melalui pengalaman dengan alam.

Keenam Alam Semesta: Dengan menyebut "Bola keenam alam semesta," penyair menciptakan citra tentang eksplorasi yang mendalam ke dalam alam batin dan alam semesta yang luas. Guanya menjadi metafora untuk perjalanan spiritual dan penemuan diri yang dalam.

Hawa Dingin dan Kekakuan: Penggambaran hawa dingin yang menembus kaki dan tangan, yang akhirnya akan membekukan, menciptakan rasa keterbatasan dan kerentanan manusia terhadap kekuatan alam. Ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kedalaman pengaruh alam terhadap manusia.

Simbolisme Es: Es dalam puisi ini dapat dipandang sebagai simbol kesucian dan ketenangan, tetapi juga sebagai simbol keterbatasan dan kekuatan alam yang tak terduga. Es dapat mewakili kehidupan yang berubah-ubah dan kekuatan yang bisa menghancurkan, serta kecantikan yang menakjubkan.

Melalui puisi "Syair Es," W.S. Rendra mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta pengaruh alam terhadap pengalaman dan eksistensi manusia. Puisi ini membangkitkan rasa keterhubungan dan keterpisahan, serta mengundang pembaca untuk memahami keindahan dan kekuatan alam yang luar biasa.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Syair Es
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.