Puisi: Suatu Departemen (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Suatu Departemen" merupakan puisi kritis yang menggambarkan keadaan kehidupan dalam suatu departemen atau organisasi, menciptakan gambaran ...
Suatu Departemen


kau katakan padaku
pesan terakhir:
                bawakan keindahan dan
                kemudaan selalu

ruang menyesak, karena
keusangan debu membiak
map-map, berkas dan kertas dengan
ujung-ujung layu dan harapan-harapan
telah ditumpuk, diperam
                membisu dalam debu

gairah, semula menggetar
bangunkan nyala-nyala jingga pada
hidup yang hijau muda,
jadi coretan-coretan
secarik kertas dengan ketikan permohonan
                yang dibiarkan saja

jendela terbuka dan tirai menyisi
lewatkan matahari menghangati
jam-jam kerja yang semakin pendek
disobek sana-sini — karena
meja-meja lengang, asbak mengkilat
dan telpon berdering berkali-kali
suara hilang dalam iseng
                yang berlipat ganda ini

ah, manusia hidup kukuh-tenang
dengan akar dalam-dalam mencekam bumi
                dan rapat-rapat, seminar, laporan
                serta prasaran, naskah-naskah kerja
                wejangan oleh bapak-bapak atau wakilnya?

hidup manusia terlalu membara
dan tanpa isyarat akan menganggap sepi
tumpukan debu yang berkumandang
                menyentuh anak-anak penjual koran
                di depan pintu, mobil-mobil dinas
                berderetan datang dan lalu

memang,
jauh dari hidup
dan pesan akhirmu

Sumber: Sajak-Sajak 33 (1973)

Catatan:
Puisi Suatu Departemen ini pernah dimuat di Horison edisi Agustus, 1968.

Analisis Puisi:
Puisi "Suatu Departemen" karya Toeti Heraty menggambarkan kehidupan di dalam sebuah departemen atau organisasi dengan cara yang tajam dan kritis.

Pesan Terakhir dan Kehidupan Organisasi: Puisi dimulai dengan pesan terakhir yang menginstruksikan untuk membawa keindahan dan kemudaan selalu. Pesan ini dapat diartikan sebagai harapan atau instruksi terakhir kepada seseorang yang mungkin akan meninggalkan suatu departemen atau organisasi. Puisi menyoroti perbedaan antara pesan ini dengan realitas kehidupan di dalam organisasi.

Ruang yang Menyesak: Deskripsi tentang ruang yang menyesak oleh keusangan debu menciptakan gambaran fisik dan metaforis dari keadaan stagnan, kekakuan, dan kekeringan di dalam departemen. Puisi menciptakan atmosfer yang tidak produktif dan penuh dengan harapan yang memudar.

Debu sebagai Simbol Kekosongan dan Ketidakjelasan: Debu yang menutupi berkas, map, dan kertas menjadi simbol kekosongan dan ketidakjelasan dalam kehidupan organisasi. Ketidakpastian dan kebingungan terasa melalui gambaran debu yang membiak dan meramaikan harapan yang layu.

Kelesuan dan Penghentian Aktivitas: Kelesuan dan penghentian aktivitas tergambar melalui gambaran meja-meja lengang, asbak yang mengkilap, dan telepon yang berdering tanpa dijawab. Ini menciptakan kesan bahwa kehidupan di dalam departemen kehilangan semangat dan tidak memiliki arah.

Sisi Manusia dalam Keadaan Formalitas: Puisi menyentuh sisi manusiawi dengan menciptakan gambaran tentang seminar, laporan, dan naskah kerja yang formal. Hal ini menyoroti adanya rutinitas formal yang sering kali menjauhkan manusiawi dan spontanitas dari kehidupan di dalam organisasi.

Kritik terhadap Birokrasi dan Formalitas: Puisi secara halus mengkritik birokrasi dan formalitas dalam departemen dengan merinci rapat-rapat, seminar, dan wejangan dari atasan. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang terjebak dalam norma-norma dan aturan yang kadang-kadang tidak memberikan makna.

Kehidupan di Luar Departemen: Puisi menyinggung kehidupan di luar departemen, seperti anak-anak penjual koran di depan pintu dan mobil-mobil dinas. Ini menunjukkan kontras antara kehidupan yang hidup dan dinamis di luar, dengan kehidupan yang kaku dan statis di dalam departemen.

Penutup yang Menggantungkan Makna: Puisi ditutup dengan kata-kata "memang, jauh dari hidup dan pesan akhirmu," yang memberikan penyelesaian yang menggantung dan membuka ruang interpretasi bagi pembaca untuk merenungkan makna pesan terakhir dan keseimbangan hidup.

Puisi "Suatu Departemen" merupakan puisi kritis yang menggambarkan keadaan kehidupan dalam suatu departemen atau organisasi, menciptakan gambaran akan kekosongan, ketidakjelasan, dan kekakuan dalam kehidupan birokrasi. Puisi ini mengeksplorasi sisi manusiawi yang sering kali terpinggirkan dalam dinamika formalitas organisasi.

Puisi Toeti Heraty
Puisi: Suatu Departemen
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.