Sendiri dalam Gelap
Akulah anak pertama yang sendiri di tepi jurang
Disapa kabut malam hari
Akulah hati yang kedinginan
Gemetar
Terbuncang dalam duka dan penyesalan
Airmata pun turun menyusuri pipi
Di kiri dan di kanan
Malam yang gelap di dalam jurang
Sehitam itukah hatiku ini
Sampai-sampai kubunuh laki-laki saudara kandungku sendiri
Karena aku telah memilih
mencintai perempuan itu
tidak atas dasar kotak-kotak rumus
yang telah disediakan
oleh kelompok sosial kami
Terimalah senjata alat membunuh itu
Yang telah kubuang tadi
Biarlah jadi remuk di dasarmu yang hitam
Sungguh
semula kubuat senjata itu
untuk melindungi kelompok sosial kami
terhadap ancaman dari hutan rimba
Tapi nyata akhirnya kini sebuah kontradiksi
Senjata itu sendiri
Adalah ancaman itu sendiri
Akulah anak pertama yang sendiri
Di seputarku adalah gelap melulu
Di dalamnya menggeliat ancaman-ancaman
Yang tak pernah kumengerti
Gelap adalah gelap
Dipadati kontradiksi-kontradiksi
Yang tak kunjung kumengerti
Bahkan juga diriku sendiri
Cuma bisa kupeluk dengan kedua tangan
Sendiri kedinginan
Disapa kabut malam hari.
Analisis Puisi:
Puisi "Sendiri dalam Gelap" karya Ikranagara merupakan ungkapan perasaan seorang individu yang merasa sendiri dan terisolasi di tengah gelapnya kehidupan. Puisi ini mencerminkan perasaan kesepian, penuh penyesalan, dan kontradiksi dalam hati sang penyair. Puisi ini memberikan gambaran tentang perjalanan hidup seorang individu yang menghadapi kesulitan dan pertentangan batin.
Perasaan Kesepian dan Terisolasi: Puisi ini menggambarkan perasaan kesepian dan terisolasi yang mendalam. Penyair merasa sendiri dan terabaikan di tepi jurang kehidupan. Gelapnya malam mencerminkan suasana hati yang suram dan kedinginan. Penyair merasa gemetar dan terbuncang dalam duka dan penyesalan atas keputusannya yang berdampak besar pada hidupnya.
Kontradiksi dalam Hati: Puisi ini menggambarkan adanya kontradiksi dalam hati penyair. Penyair mengakui bahwa ia telah membunuh laki-laki saudara kandungnya sendiri karena telah memilih mencintai perempuan yang tidak disetujui oleh kelompok sosialnya. Kontradiksi ini menjadi bagian dari pertentangan dan kekacauan batin yang dialami oleh penyair.
Senjata dan Ancaman: Puisi ini menggunakan gambaran senjata sebagai representasi ancaman yang dihadapi oleh penyair. Awalnya, senjata dibuat untuk melindungi kelompok sosial dari ancaman di hutan rimba. Namun, penyair menyadari bahwa senjata itu sendiri menjadi ancaman dan bahkan berkontradiksi dengan tujuannya semula.
Gelap dan Kontradiksi: Gelap digambarkan sebagai suasana hati dan kehidupan yang penuh kontradiksi. Penyair merasa terjebak dalam gelap yang menggeliat dengan ancaman dan pertentangan yang sulit dimengerti. Gelap mencerminkan ketidakjelasan dan kesulitan untuk memahami diri sendiri dan kondisi sekitar.
Penerimaan dan Pelukan Sendiri: Penyair merangkai kalimat yang mencerminkan penerimaan terhadap kontradiksi dalam hatinya. Ia menyadari kebingungannya dan menerima kenyataan bahwa gelapnya kehidupan mengandung kontradiksi yang sulit dimengerti. Penyair mencoba memeluk dan merangkul dirinya sendiri, mencari pengertian dan kenyamanan di dalam kesendirian dan gelapnya malam.
Puisi "Sendiri dalam Gelap" karya Ikranagara adalah sebuah ungkapan perasaan kesepian, penyesalan, dan kontradiksi dalam hidup seorang individu. Puisi ini mencerminkan perjalanan hidup yang penuh tantangan dan pertentangan batin. Melalui gambaran gelapnya malam, penyair menyampaikan perasaan sendiri dan kedinginan yang dihadapinya serta penerimaan atas keadaan yang sulit dimengerti. Puisi ini menggambarkan kompleksitas perasaan manusia dan menciptakan pengalaman emosional yang mendalam bagi pembaca.
Karya: Ikranagara
Biodata Ikranagara
- Ikranagara lahir pada tanggal 19 September 1943 di Loloan Barat, Jembrana, Bali.