Puisi: Sambil Melepas Pandang dari Atas Bus (Karya Syahril Latif)

Puisi "Sambil Melepas Pandang dari Atas Bus" karya Syahril Latif menggambarkan perjalanan fisik dan emosional, sambil merenungkan kenangan masa ...
Sambil Melepas Pandang dari Atas Bus

Sambil melepas pandang dari atas bus
yang menanjak Bukit Siguntang
hatiku masygul pada kehijauan dan kebiruan kejauhan
perbukitan Bukit Barisan dan hutan-hutan
Dua belas tabun yang lain kita pulang ke Silungkang
Ingatkah kau orang memainkan randai sepanjang malam?
Cindur Mata berkata: "Pelambang akrabnya kasih sayang dalam keluarga;
jauh rindu merindui
dekat jelang menjelangi"
Padamu, Nurhayati: dekat sekalipun kurindu selalu
Kini kau jauuuuuh: kuingin benar kau dekat
Tapi tak dapat
Kutahu: Rinduku akan jadi seabad

Sumber: Horison (Januari, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Sambil Melepas Pandang dari Atas Bus" karya Syahril Latif adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan fisik dan emosional, sambil merenungkan kenangan masa lalu yang penuh kasih sayang dan kerinduan yang mendalam. Melalui deskripsi alam yang indah dan refleksi pribadi, Syahril menciptakan puisi yang menggugah perasaan dan mengajak pembaca untuk merasakan emosi yang dialami oleh penyair.

Latar Tempat dan Perjalanan

Puisi ini dibuka dengan deskripsi tentang pandangan dari atas bus yang menanjak Bukit Siguntang. "Sambil melepas pandang dari atas bus yang menanjak Bukit Siguntang," kalimat ini menciptakan visualisasi perjalanan yang sedang berlangsung. Bukit Siguntang sebagai latar tempat memberikan kesan ketinggian dan keindahan alam yang memukau, sekaligus menandakan perjalanan yang menanjak dan penuh usaha.

Kehijauan dan Kebiruan Alam

Deskripsi alam dalam puisi ini menggambarkan keindahan perbukitan dan hutan-hutan Bukit Barisan. "hatiku masygul pada kehijauan dan kebiruan kejauhan perbukitan Bukit Barisan dan hutan-hutan," latar alam ini mencerminkan keindahan dan kedamaian, namun juga menciptakan kontras dengan perasaan masygul (sedih dan gelisah) yang dirasakan oleh penyair.

Kenangan dan Bulan Madu

Bagian berikutnya dari puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kenangan masa lalu. "Dua belas tahun yang lain kita pulang ke Silungkang. Bulan madu yang singkat masih kukenang," kenangan tentang bulan madu yang singkat namun berkesan menunjukkan betapa pentingnya momen tersebut bagi penyair. Ingatan tentang orang yang memainkan randai sepanjang malam memperkaya kenangan tersebut dengan elemen budaya yang khas.

Kiasan dan Kasih Sayang

Kata-kata Cindur Mata dalam puisi ini membawa pesan mendalam tentang kasih sayang dalam keluarga: "Pelambang akrabnya kasih sayang dalam keluarga; jauh rindu merindui, dekat jelang menjelangi." Kiasan ini menggambarkan hubungan yang erat dan kerinduan yang tetap ada meskipun berada dalam jarak yang jauh. Pesan ini mempertegas tema kerinduan dan kasih sayang yang mendalam dalam puisi.

Rindu dan Jarak

Bagian penutup puisi ini sangat emosional, di mana penyair mengungkapkan kerinduannya terhadap Nurhayati: "Padamu, Nurhayati: dekat sekalipun kurindu selalu. Kini kau jauuuuuh: kuingin benar kau dekat. Tapi tak dapat." Penggunaan huruf berulang pada "jauuuuuh" menekankan jarak yang dirasakan oleh penyair dan ketidakmampuan untuk mendekat. Kerinduan yang tak terpenuhi ini membawa perasaan sedih dan keputusasaan.

Rindu yang Abadi

Penutup puisi ini sangat kuat dengan ungkapan: "Kutahu: Rinduku akan jadi seabad." Penyair menyadari bahwa kerinduan yang dirasakannya tidak akan hilang, bahkan seiring berjalannya waktu. Kerinduan ini menjadi sesuatu yang abadi, yang akan terus ada sepanjang hidupnya.

Puisi "Sambil Melepas Pandang dari Atas Bus" karya Syahril Latif adalah karya yang menggabungkan keindahan alam dengan refleksi emosional yang mendalam. Melalui perjalanan fisik dan kenangan masa lalu, Syahril mengajak pembaca untuk merasakan keindahan alam serta kedalaman perasaan kasih sayang dan kerinduan. Kekuatan puisi ini terletak pada kemampuannya untuk menggambarkan perasaan yang universal dan abadi, yang tetap relevan dalam konteks apa pun.

Puisi
Puisi: Sambil Melepas Pandang dari Atas Bus
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.