Puisi: Salju (Karya Syahril Latif)

Puisi "Salju" karya Syahril Latif mengeksplorasi tema-tema kesendirian, kehilangan, dan kekecewaan melalui gambaran salju yang melambangkan ...
Salju

Di luar: salju masih saja dan di mana-mana salju dan putih semua, yang membuatnya bosan, kini ia sedang mengamatinya dari ketidurannya dan dalam angan-angannya, ia seperti seorang tokoh utama sebuah novel besar, merasakan kesendiriannya yang penuh, tapi tertekan, dengan perasaan luka sedikit, tapi ia menikmatinya — maklum ia sedang melakoni hidup yang separoh diciptakannya, bagaikan anak-anak muda yang bangga akan pertualangannya sebagai penyair yang sepi.

Itu terjadi pada bulan Februari.

Di luar: didengarnya kereta-barang bergegas, gemuruh dan menggelegar di atas jembatan, bagai musik dalam filem-filem, kemudian: f a d e  o u t, lamat-lamat, semakin jauh, dan akhirnya menghilang.

Di luar: langit bersih, abu-abu, warna yang begitu-begitu saja sepanjang musim. Ia kecewa, tak menemukan apa-apa. Di meja ada kertas-kertas berserakan, tapi tak ada surat, tak ada hari ini, dan sudah lama tidak, sedang ia mengharap, merindukan. Akhirnya ia pun tahu, bagai kapal yang angkat sauh, ia telah berlayar jauh dan tak lagi melihat pantai dan nyiur-nyiur melambai.

Sesekali, didengarnya juga angin tanjung lewat kaset, yang diputar buat kenangan yang sia-sia.

Salju di luar melayang terus, tak mengenal bosan, dan alangkah lucunya, fikirnya, keinginan tahu itu, kecintaannya pada yang asing dan jauh, kini, tak lagi berarti apa-apa, justru masa lampau itu kini yang dibelanya.

Tokyo, 1975

Sumber: Horison (Januari, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Salju" karya Syahril Latif mengeksplorasi tema-tema kesendirian, kehilangan, dan kekecewaan melalui gambaran salju yang melambangkan kehampaan dan ketidakpastian.

Gambaran Salju: Salju dalam puisi ini tidak hanya menjadi deskripsi fenomena alam, tetapi juga menjadi simbol dari ketidakpastian dan kesendirian. Salju yang terus melayang tanpa henti menciptakan atmosfer kehampaan dan kekosongan yang dirasakan oleh tokoh dalam puisi.

Kesendirian dan Kehilangan: Tokoh dalam puisi ini digambarkan sedang menghadapi kesendirian dan kehilangan. Meskipun di tengah suasana salju yang sepi, tokoh merasa bosan dan kecewa karena tidak menemukan makna atau kehangatan dalam kehidupannya.

Perasaan Tertekan: Tokoh dalam puisi ini merasakan perasaan tertekan dan terhimpit oleh kesendirian dan ketidakpastian yang ia alami. Meskipun merasakan sedikit luka, ia terlihat menikmati kesendirian itu, mencerminkan kebingungannya tentang hidup dan perannya sebagai seorang penyair yang terasing.

Pengalaman Masa Lalu: Puisi ini juga mencerminkan keinginan tokoh untuk kembali pada masa lalu yang lebih berarti baginya. Pengalaman masa lalu yang diharapkan menjadi sumber kenangan yang hangat dan penuh arti, namun kini hanya menjadi sebuah bayangan yang tak lagi terjangkau.

Kehampaan dalam Masa Kini: Tokoh merasa kecewa dengan keadaan masa kini yang monoton dan kehilangan makna. Kertas-kertas berserakan di meja mencerminkan kekacauan dalam pikiran dan kekosongan dalam kehidupannya.

Dengan menggunakan gambaran salju dan suasana sepi, Syahril Latif berhasil menciptakan puisi yang menggambarkan perasaan kesendirian, kehilangan, dan kecewa dalam kehidupan manusia. Melalui pemilihan kata dan suasana yang diciptakan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dan makna dari kehampaan yang dialami tokoh.

Puisi
Puisi: Salju
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.