Puncak
(Untuk P)
pernah kucerita tentang pondok putih
tidak menyolok, letaknya terselip
antara semak dan cemara?
di lerang gunung, — ada tebing curam —
lewat tikungan, agak dekat ke jalan
kabut ringan menyelimutinya
di kabut ringan turun meluncur
roh-roh dari Puncak menjulur
ingin menyaksikan manusia celaka
yang datang ke sana mengganggu sunyi
dan pergi, tanpa minta diri
manusia-manusia celaka tiada lain
adalah kita berdua, mengganggu sunyi
aku berdiri — dekat jendela —
kamar yang dingin kubelakangi
sedang selimut dan kaca yang miring pun gagal
pula menghangatinya
dan dia. kuanggap saja ia tak ada.
murung hatiku. ia bertanya:
"ada apa di luar menarik bagimu?"
kabut menebal. tak terucap olehku
sepatah kata
tiba-tiba tersentak, — tangan membelai dada —
bisiknya hangat: "Leila, inikah saatnya?"
Analisis Puisi:
Puisi "Puncak" karya Toeti Heraty adalah sebuah karya yang penuh dengan elemen misteri, pertanyaan eksistensial, dan refleksi tentang kehidupan. Melalui penggunaan gambaran alam dan interaksi antara tokoh-tokohnya, puisi ini menggambarkan perenungan tentang tujuan hidup dan kehadiran dalam dunia.
Pondok Putih sebagai Simbol Keberadaan Tersembunyi: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan "pondok putih" yang letaknya terselip di antara semak dan cemara. Ini dapat diartikan sebagai simbol dari eksistensi yang tersembunyi atau hal-hal yang mungkin luput dari perhatian kita. Penjelasan mengenai pondok putih ini memberikan nuansa mistis yang membawa pembaca ke dunia luar biasa.
Roh-Roh dan Manusia Celaka: Pada saat kabut ringan turun meluncur, puisi ini memperkenalkan gagasan tentang roh-roh yang turun dari Puncak ingin menyaksikan manusia celaka yang datang ke sana dan mengganggu sunyi. Ada sugesti kehadiran supernatural dan perpaduan antara dunia mistis dengan dunia manusia.
Kehadiran Manusia dalam Sunyi: Penyair menunjukkan bahwa "manusia-manusia celaka tiada lain / adalah kita berdua." Ini mengisyaratkan bahwa kadang-kadang kita sebagai manusia terlibat dalam mengganggu ketenangan alam atau dunia sekitar kita, mungkin tanpa menyadari dampaknya. Ketidakpatutan manusia dengan lingkungannya tercermin dalam puisi ini.
Interaksi dan Pertanyaan Eksistensial: Dialog antara tokoh-tokoh dalam puisi ini menggambarkan interaksi yang penuh dengan ketegangan emosional dan pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Tokoh laki-laki bertanya apakah ada hal menarik di luar bagi tokoh perempuan, mengisyaratkan pertanyaan tentang tujuan hidup dan pencarian arti. Pertanyaan ini diikuti oleh kalimat "Leila, inikah saatnya?" yang mengejutkan dan membuka kemungkinan tentang sesuatu yang penting.
Puisi "Puncak" oleh Toeti Heraty adalah sebuah perenungan yang penuh dengan misteri, pertanyaan-pertanyaan eksistensial, dan interaksi antara manusia dengan alam serta diri mereka sendiri. Penggunaan gambaran alam dan situasi yang kaya dalam puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang kehadiran mereka dalam dunia, tindakan mereka terhadap lingkungan, dan pencarian arti dalam kehidupan.
Karya: Toeti Heraty
Biodata Toeti Heraty:
- Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
- Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.