Puisi: Penundaan (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Penundaan" karya Toeti Heraty merupakan suatu karya sastra yang memunculkan pertimbangan-pertimbangan mendalam terkait dengan usia, ....
Penundaan

karena usia yang lebih tua, dari dia
        tak lebih dari itu saja
kesabaran, kuharapkan
        suatu kemustahilan?
karena lebih menimang-nimang waktu
jadi malahan lebih terburu-buru
siapa tahu, perhitungan
hanya beda satu-dua minggu

suatu saat kota baja dengan dinding
dinding logika akan menyerah dan arus
        akan deras menyambar,
membawa ke mata air di mana hidup
lebih penuh dengan degup yang lebih nyata
        syaraf dan serat
digenangi oleh getar bianglala

meskipun satu per satu, bata dan nisan
endapan dari sekian peran dan laku
ditumpuk-tumpuk —
        untuk menghalangi jalan
tidak, ini kali akan tenang bijaksana
mempertimbangkan segala kemungkinan:
bahwa hati kita rapuh, dan kehilangan itu
terlalu melanda, suatu cengkeraman hampa
        sudah kuketahui sejak lama
bahwa angan selalu timbul, menganyam
pola-pola gemilang, susul-menyusul disulam
dengan khayal, diwarnai oleh isyarat, ini
        pula tak asing lagi

dinding akan rapuh hancur
oleh deras arus melingkar karena bendungan
        akhirnya kita buka juga

karena itu kau, karena usia dan karena
memang lebih tahu tentang dunia, tinggalkan
        perhitungan dengan waktu, biar
kulepas permainan laut dan bulan, kini
menikmati kota untuk jangka tidak terlalu lama
        untuk segera, toh meninggalkannya

Sumber: Sajak-Sajak 33 (1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Penundaan" karya Toeti Heraty merupakan suatu karya sastra yang memunculkan pertimbangan-pertimbangan mendalam terkait dengan usia, kehidupan, dan kematian. Melalui penggunaan kata-kata yang padat dan simbolisme yang kaya, penyair menciptakan narasi yang merangkum kebijaksanaan, pertimbangan, dan penerimaan terhadap realitas hidup.

Pertimbangan terhadap Usia dan Kematian: Penyair memulai puisi dengan mengemukakan perbedaan usia sebagai faktor yang mendasari pertimbangan. Usia yang lebih tua disandingkan dengan kebijaksanaan, namun tidak dihindarkan dari kenyataan kematian. Pertanyaan retoris "karena usia yang lebih tua, dari dia, tak lebih dari itu saja?" mencerminkan kebingungan dan refleksi terhadap arti usia dalam konteks kehidupan.

Pemikiran akan Penundaan dan Kesabaran: Dalam konteks penundaan, penyair membuka pertanyaan apakah kesabaran akan menghasilkan kemustahilan. Hal ini menyoroti perasaan terhadap waktu dan penundaan dalam menghadapi realitas hidup. Kesabaran dihadapkan pada kemungkinan bahwa segalanya akan terjadi dalam waktu yang lebih lama, sementara penundaan mungkin hanya berbeda dalam hitungan minggu.

Imajinasi akan Kota Baja dengan Dinding Logika: Penyair menciptakan citra mengenai suatu masa depan di mana "kota baja dengan dinding logika akan menyerah." Kota dan dinding logika di sini dapat diartikan sebagai keterbatasan dan kendala pemikiran rasional yang pada akhirnya akan runtuh di bawah derasnya arus kehidupan. Air mengalir menuju mata air, menciptakan gambaran tentang hidup yang lebih penuh makna dan nyata.

Simbolisme Bata dan Nisan: Simbolisme bata dan nisan melambangkan akumulasi pengalaman dan peran hidup yang ditumpuk-tumpuk. Bata dan nisan sebagai penghalang mungkin hanya sementara, dan pada akhirnya, semuanya akan hancur untuk membuka jalan bagi kehidupan yang lebih bijaksana.

Pengakuan akan Rapuhnya Hati dan Kehilangan: Penyair mengakui bahwa hati kita rapuh dan kehilangan dapat melanda dengan begitu hebat. Pengalaman kehilangan dijelaskan sebagai "cengkeraman hampa" yang sudah dikenal sejak lama. Hal ini mencerminkan pemahaman yang mendalam akan realitas hidup dan kekuatan emosional dalam menghadapi kehilangan.

Penerimaan dan Keseimbangan dalam Keputusan: Puisi ini mencapai puncaknya dengan penerimaan dan keseimbangan. Keputusan untuk meninggalkan permainan laut dan bulan mencerminkan pemahaman bahwa hidup di kota untuk sementara dapat memberikan kenikmatan. Keputusan ini diambil dengan pemahaman bahwa meninggalkan sesuatu dengan segera mungkin membawa arti dan kebijaksanaan tersendiri.

Puisi "Penundaan" adalah puisi yang menciptakan ruang refleksi mendalam terhadap usia, waktu, dan kehidupan. Dengan memanfaatkan bahasa yang indah dan simbolisme yang kompleks, Toeti Heraty membawa pembaca pada perjalanan pemikiran yang menuntun kepada penerimaan, kebijaksanaan, dan keseimbangan dalam menghadapi realitas kehidupan.

Puisi Toeti Heraty
Puisi: Penundaan
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.