Pagar Saudara
Tersebut di wilayah Angkola
jika burung kulik berpulangan ke sarang
jejaka seharian kluyuran bertandang
sering terucap dari para tua:
Lihat nasib Si Batujunjung
masih terpahat di kaki dua gunung!
Maka risalah tak habis-habisnya
ada dua rupawan remaja
Siti Rafiah, Malik Abdullah
turunan raja Sutan Betara
Dua teruna diasuh di istana
sore menari, berlangir di telaga Cempaka
dilipur dayang dan Pandaicerita
kemana Rafiah di sana Abdullah
dua saudara tak pernah berpisah
Sebuah pagi yang cerah
Abdullah 'kan pergi ke rimba
mengajak Rafiah
berburu rusa
Sibirantulang adik seorang
dituntun jauh menyusup hutan
sepenjuru telah dijelajah
seekorpun tak kunjung jumpa
Tika matari menyingsingkan dirinya
dan angin berkejaran ke baratdaya
di lembah nun berguyanglah rimba
melayang dan melayang sianakpanah
sang kijang tergeletak di tanah
akan di panggang untuk Rafiah
Kijang apa kiranya
jantan atau betina?
Sang kijang disamak dicacah
tiap sayatan Rafiah bertanya
Dari kepala, mulut dan telinga
Rafiah bertanya apa namanya
Selesai Abdullah mengurai nama
Rafiah bertanya ke lain pula
Tika Rafiah menuding dada kijang
Abdullah jadilah binatang
sambil memaling penuh pikir
mencari kata 'tuk mengurai lagi
Pekur Abdullah lama terdiam
Rafiah merajuk lalang,
bagai pelipur siadik manja
Abdullah menuding dada adiknya
Rafiah merasa dioloki
tangan berkicak
hati masih mencari
Tiba-tiba jari Rafiah
menunjuk lebih ke bawah
kembali diam Malik Abdullah
Sibirantulang merengut manja
disangka Abdullah mau bercanda
sambil menunjuk merengek pula:
seputar perut apa namanya?
Abdullah menjawab sungkan
pinggang Rafiah dijentik di kanan
Rafiah tergeli tertawa
menunjuk lagi lebih ke bawah
Abdullah menuding pusat adiknya
Disangka Abdullah ingin jenaka
Rafiah menunjuk lebih ke bawah
ke pusat tanda segala yang bernyawa
Bingung Abdullah mencari nama
memandang jauh ke garis cakrawala
memandang nun ke balik tiap arah
karena ketiadaan basa
karena ketiadaan cara
ia menuding milik adiknya
Selagi mencari mata Rafiah
Abdullah menyingkap kain adiknya
gelaplah bumi, gelaplah jiwa
dan terjadilah semua
Maka dari tiap mata Rafiah
topan dan gluduk menyiga rimba
bumipun gegarlah
dalam seketika
keduanya tak dapat berpisah
Telah terlanggar pagar saudara
telah berkumpul dua sedarah
kutukpun jatuhlah
oleh alam dan Sang Dewata
tubuh keduanya
jadi batu berjunjung
terpahat di kaki dua gunung
Sejak terjadi ini risalah
telah teradat di wilayah Angkola
jika lelaki berangkat dewasa
baik dipisah ke luar rumah
Solo, April 1963
Sumber: Horison (Mei, 1969)
Puisi: Pagar Saudara
Karya: Mansur Samin
Biodata Mansur Samin:
- Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
- Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
- Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
- Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
- Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.