Puisi: Mohamad Rukman Kartawinata di Bali (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Mohamad Rukman Kartawinata di Bali" karya Ajip Rosidi menangkap pengalaman seorang pelancong yang menjelajahi keindahan dan budaya Bali.
Mohamad Rukman Kartawinata di Bali

Kalau sekali aku pergi ke Bali
Tingkahku seorang pelancong sejati
Mengenakan topi anyam daun lontar
Keliling kota naik dokar

Kalau sekali aku pergi
Tingkahku seorang pelancong sejati
Menikmati gamelan sepanjang hari
Sambil tumpang kaki nonton tari

Kalau sekali aku pergi ke Bali
Tingkahku seorang pelancong sejati
Melihat gadis menyuhun sajen atas kepala
Mengiring pedanda menuju putra

Kalau sekali aku pergi ke Bali
Tingkahku seorang pelancong sejati
Menyunting kembang merah atas telinga
Selendang sulam mengebut bahu

Kalau sekali aku pergi ke Bali
Tingkahku seorang pelancong sejati
Melihat perempuan mandi di kali
Jatuh hati enggan kembali

1957

Sumber: Surat Cinta Enday Rasidin (1960)

Analisis Puisi:

Puisi "Mohamad Rukman Kartawinata di Bali" karya Ajip Rosidi menangkap pengalaman seorang pelancong yang menjelajahi keindahan dan budaya Bali. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengeksplorasi tema perjalanan, budaya, dan keterpesonaan terhadap keindahan alam serta tradisi.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari repetisi yang menekankan frasa “Kalau sekali aku pergi ke Bali,” yang memberikan ritme yang menyenangkan dan menciptakan kesan kedekatan dengan pengalaman pelancong. Struktur ini juga mencerminkan harapan dan kerinduan untuk mengalami keindahan Bali lebih dalam.

Penggunaan kata-kata seperti “tingkahku seorang pelancong sejati” menunjukkan semangat penjelajahan dan ketulusan dalam menikmati setiap pengalaman. Dengan mengenakan “topi anyam daun lontar” dan “keliling kota naik dokar,” pembaca bisa membayangkan suasana yang santai dan tradisional, yang memberikan nuansa lokal yang kental.

Tema Kebudayaan dan Keindahan Alam

Di bait-bait berikutnya, puisi ini mengeksplorasi berbagai aspek budaya Bali. Ketika pelancong menikmati “gamelan sepanjang hari” dan “nonton tari,” terdapat penghargaan terhadap seni dan tradisi yang menjadi bagian penting dari identitas Bali. Keterlibatan dalam seni dan budaya setempat menciptakan rasa koneksi yang mendalam antara pelancong dan tempat yang dikunjunginya.

Simbolisme dalam Pengalaman

Dalam puisi ini, “gadis menyuhun sajen atas kepala” dan “mengiring pedanda menuju putra” menggambarkan aspek spiritual dan ritual dalam kehidupan masyarakat Bali. Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan bukan hanya tentang melihat pemandangan, tetapi juga memahami dan menghargai kebudayaan yang ada.

Penggunaan “kembang merah atas telinga” dan “selendang sulam” sebagai simbol keindahan dan keanggunan perempuan Bali menambahkan dimensi visual yang kaya, memberikan gambaran yang hidup tentang keindahan yang ada di sekitar.

Penutup dan Keterpesonaan

Bagian terakhir puisi ini, “melihat perempuan mandi di kali, jatuh hati enggan kembali,” menunjukkan bahwa keindahan Bali bukan hanya terletak pada pemandangan atau budaya, tetapi juga pada pengalaman emosional yang mendalam. Ada rasa keterpesonaan yang kuat, seolah-olah Bali menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tempat — sebuah pengalaman yang menyentuh jiwa.

Puisi "Mohamad Rukman Kartawinata di Bali" karya Ajip Rosidi adalah penghormatan terhadap keindahan dan kebudayaan Bali melalui lensa seorang pelancong. Dengan bahasa yang sederhana dan ritmis, puisi ini berhasil menangkap esensi perjalanan, memperlihatkan bagaimana interaksi dengan budaya lokal dan pengalaman emosional dapat menciptakan kenangan yang mendalam. Ajip Rosidi mengajak pembaca untuk merasakan keajaiban Bali, tidak hanya sebagai tempat tujuan wisata, tetapi sebagai sebuah pengalaman yang memikat hati dan jiwa. Puisi ini menjadi pengingat bahwa perjalanan sejati adalah tentang menemukan keindahan dalam setiap momen, sambil merayakan keberagaman budaya yang ada di dunia.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Mohamad Rukman Kartawinata di Bali
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.