Puisi: Malam Isra Mikraj (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Malam Isra Mikraj" menggambarkan peristiwa penting dalam Islam yaitu perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
Malam Isra Mikraj

dan kau pun diberangkatkan
pada malam syahdu berbintang
dua puluh tujuh rajab benderang
naik buraq secepat kilat di musim hujan

dari masjid haram, menuju aqsha
lalu terbang ke langit ketujuh
hanya sekejap, sekedipan mata
kau sampai ke sidratul muntaha indah

salam padamu, ya muhammad
berlimpah banyak rahmat
ketika salat lima waktu ditetapkan
tiang utama agama harapan

salam padamu, ya rasulallah
kau bawa pelita menguak kegelapan
kekelaman kehidupan jahiliyah
amanat tuhan harus ditegakkan

dan kau pun dipulangkan ke bumi
memikul beban tanggung jawab berat
salam padamu, ya habiballah, ya nabi
salam padamu, suri tauladan seluruh umat

2022

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Isra Mikraj" menggambarkan peristiwa penting dalam Islam yang dikenal sebagai Isra dan Mikraj, yaitu perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Yerusalem dan perjalanan langit dari sana.

Penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW: Puisi ini dimulai dengan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dianggap sebagai rasul terakhir dalam Islam. Penyair menggunakan bahasa yang merendahkan untuk menggambarkan betapa besar pengaruh dan rahmat Nabi Muhammad SAW terhadap dunia Islam.

Deskripsi Isra dan Mikraj: Puisi ini merinci perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian ke langit ketujuh. Deskripsi ini menciptakan gambaran visual yang kuat tentang peristiwa tersebut dan mengingatkan pembaca tentang pentingnya Isra dan Mikraj dalam sejarah Islam.

Penekanan pada Salat dan Amanat Tuhan: Puisi ini menekankan pentingnya salat lima waktu dalam Islam, yang dianggap sebagai tiang utama agama. Salat adalah salah satu kewajiban utama dalam agama Islam, dan puisi ini menekankan betapa pentingnya praktik ini.

Pesan Kesatuan Umat: Penyair juga mencoba menyatukan umat Islam dalam penghormatan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW. Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi seluruh umat Islam.

Bahasa dan Gaya: Puisi ini menggunakan bahasa yang indah dan deskriptif, menciptakan gambaran yang kuat tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW. Gaya bahasa yang digunakan oleh penyair menciptakan suasana syahdu dan penuh rasa hormat.

Secara keseluruhan, puisi "Malam Isra Mikraj" adalah penghormatan dan pengenangan terhadap peristiwa penting dalam Islam dan peran besar Nabi Muhammad SAW dalam agama ini. Puisi ini menggambarkan keindahan dan makna spiritual dari Isra dan Mikraj, sambil mengingatkan umat Islam akan pentingnya praktik agama, seperti salat, dalam kehidupan mereka.

Gunoto Saparie di Halte
Puisi: Malam Isra Mikraj
Karya: Gunoto Saparie


Biodata Gunoto Saparie:

Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain itu, di tengah kesibukannya menulis, ia kadang diundang untuk membaca puisi, menjadi juri lomba kesenian, pemakalah atau pembicara pada berbagai forum kesastraan dan kebahasaan, dan mengikuti sejumlah pertemuan sastrawan di Indonesia dan luar negeri.
© Sepenuhnya. All rights reserved.